Suatu ketika, di tengah kesibukannya mewarnai hari, Laut Biru dan Langit Biru kembali bertemu di percakapan yang sepi.
Laut Biru tenang meriak, dan Langit Biru semarak...
Laut Biru:
(keluh)
laut biru selamanya akan menjadi laut biru
dan kau selamanya akan menjadi langitku
dan ketika laut biru memandang langit biru
selamanya dia akan menyimpan rindu kepadanya
Langit Biru:
kamu itu keindahan, sayang
kamu itu adalah ketenangan
kamu kedamaian yg aku inginkan
itulah kamu
Laut Biru:
lalu kenapa kau tak mengambilku?
ambillah, bawalah aku ke langitmu.
Langit Biru:
dan kaulah laut biruku!
justru karena kau lautan, aku tak mungkin bisa memilikimu.
kau milik bibir pantai yang setia menantimu
kau milik pulau-pulau yang selalu kau rengkuh
Laut Biru:
dan kau milik ketinggian yang hakiki
kau yang selalu mendekap matahari
kau berteman awan-awan tak mungkin hidup tanpamu
hm, barangkali tempatmu terlalu tinggi
tak ada yang bisa kutawarkan padamu
selain riak-riak kecil untuk kau arungi
yang akan mengayun dan menina-bobokanmu,
ketika kau gemuruh
turunlah, kapanpun kau mau memelukku..
kapanpun kau menginginkanku.
Langit Biru:
yang kumiliki hanya biru
tentang keinginan yang menggebu
tentang segala rasa yang serupa dengan birumu
dan aku hanya bisa memelukmu
lewat butir-butir yang bergumul menjadi awan kelabu
hanya dengan itu kita menjadi dekat
dan selamanya di cakrawala kita melekat..
dan percakapan siang itu terputus
ketika riak-riak menyenyap
matahari pergi meninggalkan gelap
langit dan laut kembali sepi terlelap
menanti esok hari kembali
(Mei 2005)
Laut Biru tenang meriak, dan Langit Biru semarak...
Laut Biru:
(keluh)
laut biru selamanya akan menjadi laut biru
dan kau selamanya akan menjadi langitku
dan ketika laut biru memandang langit biru
selamanya dia akan menyimpan rindu kepadanya
Langit Biru:
kamu itu keindahan, sayang
kamu itu adalah ketenangan
kamu kedamaian yg aku inginkan
itulah kamu
Laut Biru:
lalu kenapa kau tak mengambilku?
ambillah, bawalah aku ke langitmu.
Langit Biru:
dan kaulah laut biruku!
justru karena kau lautan, aku tak mungkin bisa memilikimu.
kau milik bibir pantai yang setia menantimu
kau milik pulau-pulau yang selalu kau rengkuh
Laut Biru:
dan kau milik ketinggian yang hakiki
kau yang selalu mendekap matahari
kau berteman awan-awan tak mungkin hidup tanpamu
hm, barangkali tempatmu terlalu tinggi
tak ada yang bisa kutawarkan padamu
selain riak-riak kecil untuk kau arungi
yang akan mengayun dan menina-bobokanmu,
ketika kau gemuruh
turunlah, kapanpun kau mau memelukku..
kapanpun kau menginginkanku.
Langit Biru:
yang kumiliki hanya biru
tentang keinginan yang menggebu
tentang segala rasa yang serupa dengan birumu
dan aku hanya bisa memelukmu
lewat butir-butir yang bergumul menjadi awan kelabu
hanya dengan itu kita menjadi dekat
dan selamanya di cakrawala kita melekat..
dan percakapan siang itu terputus
ketika riak-riak menyenyap
matahari pergi meninggalkan gelap
langit dan laut kembali sepi terlelap
menanti esok hari kembali
(Mei 2005)
No comments:
Post a Comment