Ketika sholat ashar tadi, tiba-tiba saya berpikir tentang ruh. Ruh??? Ya, tentang Ruh saya. Hahaha,,, Sebenarnya, ini hanya pemikiran orang bodoh yang tengah berusaha mengenali dirinya. Seorang bodoh yang tengah berusaha memahami siapa dirinya. Entah pikiran bodoh dari mana, yang membuat saya memikirkan hal-hal yang akhirnya menurut saya terlalu berat untuk seseorang sebodoh saya.
Pikiran itu bermula dari kesadaran tentang dari siapa dan mana Ruh itu berasal. Barangkali saya salah, tapi dari yang saya tahu sedikit, bahwa Allah SWT yang meniupkan ruh ke dalam jasad manusia yang diciptakan, ketika manusia itu masih di dalam rahim ibunya. Lalu pemikiran bodoh saya terus bertualang, tentunya setelah saya sholat, dan berlanjut ketika saya mengetikkan journal ini.
Sudah kita pahami bahwa yang menghidupi dan membuat tubuh kita hidup adalah Ruh, dalam bahasa sederhananya. Barangkali dalam bahasa kedokteran, tubuh menjadi hidup ketika sarana dan prasarana kehidupan tersedia di dalam tubuh kita. Oksigen yang kita hirup, darah yang mengandung oksigen yang mengalir ke seluruh bagian tubuh kita, paru-paru yang menangkap oksigen dan mengendapkannya ke dalam darah, dan jantung yang bertugas memompakan darah ke seluruh tubuh. Dan fungsi otak yang mengatur keselarasan setiap bagian anggota tubuh kita. Subhanallah, seperti itulah kerja manusia yang hidup.
Di luar kinerja teknisnya, manusia memiliki otak yang menampung begitu banyak informasi yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya. Otak yang membedakan mana manusia pintar dan mana manusia bodoh. Otak yang membedakan jalan hidup manusia. Semoga Allah SWT juga memberikan saya kualitas otak yang baik.
Di luar kinerja motorik, manusia juga memiliki hati. Hati yang membedakan sikap seseorang satu dengan lainnya. Hati yang menyebabkan sebagian manusia memiliki banyak kebaikan dalam hidupnya, dan sebagian lainnya lagi memiliki banyak sisi buruk yang dia jalani sepanjang hidup.
Lalu pertanyaan bodoh itu menyentak kembali... Di tengah kinerja tubuh manusia yang luar biasa seperti itu, di manakah ruh? Jika Ruh itu memang ditiupkan ke dalam tubuh kita, dimana gerangan dia bersemayam? Andai kesadaran yang saya miliki saat ini, andai saya saat ini bisa mengenali Ruh yang bersemayam dalam tubuh saya dan kami bisa berkomunikasi secara batin, alangkah senangnya. Atau, barangkali Ruh inilah yang tengah berbicara dan membuat saya mampu mengetikkan apa yang saya pikirkan saat ini dan Ruh ini pulalah yang membuat saya memikirkan hal-hal seperti ini.
Saya pernah melihat kematian, secara langsung. Seseorang ketika mati, berawal dari kehilangan kesadaran perlahan-lahan. Mulai dari kinerja motorik yang satu per satu kehilangan fungsi. Dan yang paling kentara adalah nafas yang semakin berat, satu demi satu. Hingga akhirnya nafas terakhir dari seseorang yang mengalami kematian, untuk kemudian menyisakan diam, bisu dan kebekuan. Apakah itu saat ketika Ruh seseorang meninggalkan tubuh yang dia diami?
Begitu banyak pertanyaan tentang Ruh saya sendiri, yang begitu ingin saya kenali. Bagaimana nanti, ketima Ruh ini suatu saat meninggalkan tubuh yang saya gunakan ini? Akankah pikiran dan kesadaran saya saat ini akan ikut bersama Ruh yang pergi? Akankah saya (atau Ruh saya) akan membawa seluruh kenangan yang saya miliki, pergi bersama Ruh saya?
Entah kenapa saya tersenyum saat ini, menyadari begitu banyak pertanyaan terajukan namun tak ada satupun jawaban saya temui. Barangkali memang karena kebodohan dan keterbatasan kemampuan saya untuk mengenali diri sendiri.
Dan saya semakin tersenyum ketika mengingat kembali mimpi-mimpi yang saya alami di waktu tidur, lalu saya berpikir bahwa mimpi itu adalah perjalanan Ruh saya ketika kesadaran saya menghilang, namun terekam dalam ingatan bawah sadar. Karena saya seperti melihat 'Saya' yang lain.
Dalam doa yang saya panjatkan di akhir sholat, saya mengucapkan sebaris pengharapan. Semoga kiranya Allah memberikan saya 'jatah' Ruh yang berkualitas baik dan memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi hati dan pikiran saya agar senantiasa menjalani hidup ini dengan berbagai perbuatan baik.
Ah, bodohnya saya ini,, berpikir berat seperti ini.. Hahaha
Lalu pertanyaan bodoh itu menyentak kembali... Di tengah kinerja tubuh manusia yang luar biasa seperti itu, di manakah ruh? Jika Ruh itu memang ditiupkan ke dalam tubuh kita, dimana gerangan dia bersemayam? Andai kesadaran yang saya miliki saat ini, andai saya saat ini bisa mengenali Ruh yang bersemayam dalam tubuh saya dan kami bisa berkomunikasi secara batin, alangkah senangnya. Atau, barangkali Ruh inilah yang tengah berbicara dan membuat saya mampu mengetikkan apa yang saya pikirkan saat ini dan Ruh ini pulalah yang membuat saya memikirkan hal-hal seperti ini.
Saya pernah melihat kematian, secara langsung. Seseorang ketika mati, berawal dari kehilangan kesadaran perlahan-lahan. Mulai dari kinerja motorik yang satu per satu kehilangan fungsi. Dan yang paling kentara adalah nafas yang semakin berat, satu demi satu. Hingga akhirnya nafas terakhir dari seseorang yang mengalami kematian, untuk kemudian menyisakan diam, bisu dan kebekuan. Apakah itu saat ketika Ruh seseorang meninggalkan tubuh yang dia diami?
Begitu banyak pertanyaan tentang Ruh saya sendiri, yang begitu ingin saya kenali. Bagaimana nanti, ketima Ruh ini suatu saat meninggalkan tubuh yang saya gunakan ini? Akankah pikiran dan kesadaran saya saat ini akan ikut bersama Ruh yang pergi? Akankah saya (atau Ruh saya) akan membawa seluruh kenangan yang saya miliki, pergi bersama Ruh saya?
Entah kenapa saya tersenyum saat ini, menyadari begitu banyak pertanyaan terajukan namun tak ada satupun jawaban saya temui. Barangkali memang karena kebodohan dan keterbatasan kemampuan saya untuk mengenali diri sendiri.
Dan saya semakin tersenyum ketika mengingat kembali mimpi-mimpi yang saya alami di waktu tidur, lalu saya berpikir bahwa mimpi itu adalah perjalanan Ruh saya ketika kesadaran saya menghilang, namun terekam dalam ingatan bawah sadar. Karena saya seperti melihat 'Saya' yang lain.
Dalam doa yang saya panjatkan di akhir sholat, saya mengucapkan sebaris pengharapan. Semoga kiranya Allah memberikan saya 'jatah' Ruh yang berkualitas baik dan memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi hati dan pikiran saya agar senantiasa menjalani hidup ini dengan berbagai perbuatan baik.
Ah, bodohnya saya ini,, berpikir berat seperti ini.. Hahaha
No comments:
Post a Comment