Hari ini aku menemani Ibu untuk mengurus KTP baru, karena KTP lamanya masih memakai alamat lama. Untuk suatu keperluan yakni mengurus pendaftaran calon haji agar bisa bersama-sama denganku, aku memutuskan untuk mengurus KTP beliau dan untuk alasan kemudahan aku menjadikannya satu alamat denganku.
Menyaksikan beliau duduk menanti panggilan untuk foto di kecamatan tadi, dan jalannya yang tertatih-tatih ketika naik dan turun kendaraan, perasaanku berkecamuk. Aku tak tahu apa rasanya. Ada perasaan bahagia karena sampai setua beliau ini, aku masih berkesempatan untuk menemani beliau. Ada perasaan trenyuh karena menyaksikan beliau kini mulai letih. Dan sesekali muncul perasaan sedih yang menyeruak, membayangkan bila suatu hari aku bakal kehilangan wajah dan tubuh rentanya itu.
Aku tidak pernah bisa dan berani membayangkan suatu hari itu kelak datang... Tidak bisa! Meski bayangan tentang itu selalu saja menghantui, setiap aku menatap Ibu.
Sepanjang perjalanan di mobil tadi pagi, dan bahkan semalam ketika aku menjemput beliau dari rumahnya di Parung Panjang, Bogor (Aku tinggal di Ciledug), dan sesampai di rumahku semalam, beliau begitu semangat mengajakku bercakap-cakap. Mengajak mertuaku, istri dan anak-anakku ngobrol dengan begitu antusias meski hari telah malam aku seperti merasakan perasaan bersalah yang amat sangat dalam. Tiba-tiba aku seperti baru menyadari bahwa sesungguhnya selama ini Ibu kesepian, tak ada teman bicara, karena memang beliau tinggal sendiri selama ini.
Satu hal, memang, sebenarnya beliau termasuk seorang yang cerewet. Dan, aku yakin, untuk seseorang yang cerewet, tinggal seorang diri tanpa teman bicara sudah pasti merupakan sesuatu yang sangat tidak mengenakkan.
Ah, Ibu... Andai beliau mau menghabiskan sisa waktunya bersamaku di sini, tentu aku bisa menikmati kecerewetanmu setiap hari. Tentu aku bisa memuaskan diri menyaksikan tingkah polah beliau sepuas hati, sebagai pengganti hari-hari yang selama ini terbuang ketika beliau memutuskan untuk tinggal sendiri, memisahkan diri dari kami, anak-anaknya.
Segala puji bagiMu, ya Allah. Karena hingga saat ini, di usianya yang melewati 76 tahun (beliau lahir di Lintau Buo, Tanah Datar, Sumatera Barat, 7 Juli 1937) Ibu masih bersama kami. Aku harap Allah SWT masih memberiku kesempatan yang banyak untuk selalu bisa menemani beliau, dan membahagiakan beliau di sisa waktunya. Amiin.
I love you, mom...
No comments:
Post a Comment