🅑🅐🅡🅑🅐🅡
Kabar Kabar
*POLITIK Dari Sisi ISLAM*
Oleh : Ani Hasibuan.
Buka-buka Medsos, saya baca obrolan di salah satu WA, topiknya tentang orang-orang yang (merasa) pintar yang cenderung Anti *POLITIK* dan MELARANG tiap anggota WA nya bicara tentang *POLITIK*.
Jadi isi obrolan WA itu cuma ucapan selamat ulang tahun dan posting kuliner, konon isinya grup orang-orang pinter, yang TEREDUKASI dengan baik dari universitas ternama.
Saya ketawa bacanya.
Saya juga punya grup begitu.
Tiap ada yang ngomong politik, pasti akan muncul moron2 yang men-colek2 admin untuk memberi peringatan pada yang posting, dan itu ber-ulang2, sampai-sampai ada ancaman kalau masih posting juga akan dikeluarkan dari grup...😄😄😄.
Pada grup-grup begini, saya pasti tak pernah komen. Soalnya saya tidak merayakan Ultah dan tidak suka Kuliner juga, jadi males saya baca posting-posting di tempat seperti itu kan ?
Pagi tadi, my bontot boy tilawah setelah jadi imam sholat subuh. Ia membaca surat Al Qasas. Isinya tentang perjuangan Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS melawan _Tirani Kaisar Imperium Mesir_, Fir’aun, sang MUSUH ALLAH.
Di awal, Allah mengatakan bahwa FIR’AUN adalah PENGUASA YANG JAHAT, karena ia MENGADU DOMBA RAKYATNYA untuk memperkokoh kekuasaannya.
Selanjutnya diceritakan bagaimana Nabi Musa AS, pria cadel yang sejak bayi diasuh oleh Fir’aun, melawan “bapak angkat”nya sendiri.
Dan ini kisah yang sangat saya sukai.
Seorang pria cadel yang tak jarang ketakutan, berhasil menghabisi kekuasaan seorang Kaisar Superpower, yang memiliki bala tentara yang super terlatih dan persenjataan perang yang lengkap.
Dan bukan main senjata yang digunakan Musa AS untuk melawan segala kedigdayaan Fir’aun, apa itu ?
*Yaitu : kekuatan MULUT !!*
_Door to door_ menawarkan konsep ketauhidan, memiliki informan yang bekerja di internal Fir’aun (salah seorang panglima perang Fir’aun membelot dan memihak pada Nabi Musa), menggunakan jasa juru bicara (Nabi Harun menjadi juru bicara Nabi Musa, sebab bicaranya tidak jelas, waktu bayi Nabi Musa pernah makan bara api yang ditawarkan Fir’aun, sehingga lidahnya terbakar dan bicaranya menjadi cadel).
Apa sebetulnya yang dilakukan Nabi Musa di masa pemerintahan Fir’aun ?
Nabi Musa BERPOLITIK !!
Melawan seorang Kaisar, dengan lobby mulai dari tingkat rakyat jelata sampai panglima perang, menghadirkan penyusup, itu semua *POLITIK*, kan ?
Dan sepemahaman saya, hampir semua kisah Nabi-Nabi adalah kisah perlawanan melawan _Tirani_ (kecuali Nabi Adam AS, mohon koreksi bila keliru).
Dan apa kegiatan para _TIRAN_ ?
*Mereka MENJAUHKAN MANUSIA DARI PEMURNIAN PENGHAMBAAN PADA ALLAH.*
Tiran di jaman _Nabi Ibrahim AS_ memaksa rakyatnya menyembah patung-patung.
Tiran di masa _Nabi Luth AS_ memaksa rakyatnya menerima kelakuan LGBT bahkan menghukum rakyat yang menentang LGBT.
Tiran di masa _Nabi Shaleh AS_ memaksa rakyatnya bertransaksi dengan RIBA dan mereka gemar mengurangi timbangan,
dan seterusnya dan seterusnya.
Dan tiran yang paling “menggemaskan” adalah Fir’aun, yang secara eksplisit memaksa rakyatnya untuk MENYEMBAHNYA, menjadikan Fir’aun mendapat gelar “musuh-KU” dari Allah SWT.
Kesimpulannya,
*NABI-NABI BERPOLITIK*.
Lalu kenapa kita jadi anti ?
Kita yakin *POLITIK* menjauhkan kita dari kekhusyukan sholat, massaaaa...??
Rasulullah SAW itu _Politisi Handal_ sekaligus Panglima Perang yang memiliki ketangkasan yang handal serta strategi perang yang jitu.
Perjanjian Hudaibiyah merupakan bukti Rasulullah SAW adalah *POLITISI ULUNG*.
Perang 12 kali Beliau adalah bukti bahwa Beliau adalah seorang Panglima Perang yang handal.
Jadi kenapa masih anti pada *POLITIK* ?
*Indonesia ini dimerdekakan oleh perjuangan Ulama, mereka berPOLITIK !!*
Jadi kenapa masih anti pada *POLITIK* ?
Marilah kita jangan mau terbawa propaganda _ANTEK-ANTEK_ musuh yang mengatakan bahwa POLITIK ADALAH KOTOR.
Dia mengatakan itu untuk mengelabui kita, supaya kita lengah.
_Mengira kita akan aman-aman saja dan cukup hanya dengan sholat, mengaji, dan umroh !!_
*No*
Agama Islam bukan agama ritual belaka, keIslaman seseorang tidak dilihat dari keistiqamahannya dalam melakukan ritual.
Islam itu agama sosial. Kesalihan seseorang diukur dari seberapa banyak waktunya dihabiskan untuk, ber *AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR.*
Ingat kisah seorang saudagar yang sedang sakratul maut, saat malaikat Rakib dan Atid memperlihatkan catatan amalnya, timbangannya jatuh ke kiri, dosanya lebih banyak.
Namun akhirnya, malaikat Rakib dan Atid menemukan satu catatan kebaikan, yang akhirnya membuat semua dosanya terhapus dan timbangan kebaikannya menjadi sangat berat.
Apa amal itu ?
Tangisan seorang ibu yang berterima kasih padanya karena dia berikan makanan (dia sendiri belum makan, lalu dia tawarkan pada ibu dan anak-anaknya yang lapar).
Bagaimana kita bisa berharap lepas dari _RIBA_ kalau kita tidak ber *POLITIK* ?
Bagaimana kita bisa berharap Syariah Islam dijalankan bagi kita pemeluk agama Islam kalau kita _Anti_ pada *POLITIK* dan menganggap *POLITIK* adalah sesuatu yang berbau busuk dan menyengat ?
Sekali lagi, jangan pernah terbawa propaganda _ANTEK-ANTEK_ musuh yang mencoba mengubah _Mindset (pola pikir)_ kita.
Ingat, Islam mengajarkan kita untuk hablum minannaas dan hablum minallaah, ritual HARUS diaplikasikan dalsm kegiatan sosial (amar ma’ruf nahi munkar).
Sekian tahun umat Islam di negeri ini dijauhkan dari *POLITIK*, mulai dari cara halus melalui ceramah-ceramah bapak-bapak kyai, sampai cara kasar MEMPERTONTONKAN politisi Muslim yang (terduga) korupsi seolah-olah tidak ada yang Non Muslim yang korupsi, dan mereka SELALU MENGKAIT-KAITKAN dengan ajaran Islam.
Tapi kalau politisi Non Muslim yang korupsi, mereka buru-buru menutup berita, dan kalau ada yang coba-coba mengkaitkan dengan Agama, mereka buru-buru berteriak “GA ADA HUBUNGANNYA DENGAN AGAMA”.
Ayo saudaraku di jalan Allah, jangan anti pada *POLITIK*. Justru, 87% umat Islam ini harus ber *POLITIK*.
Kita harus mampu menentukan kemana rakyat ini harus dibawa.
Kita TAK BOLEH MENYERAH PADA TIRAN.
Sebagaimana para Nabi berjuang melawan tiran, kita pun kini beramai-ramai melawan tiran yang hendak _MENJAUHKAN_ kita dari Allah.
*POLITIK* bukan tabu, *POLITIK* itu suatu komponen kehidupan, kalau dia tak ada, hidup menjadi tak jelas mau bagaimana ?
Jangan ragu untuk bicara soal *POLITIK*, jangan minder juga, sebagaimana kita tak cerdas, demikian juga para _politisi_ yang saat ini ada, jadi kita punya wewenang informal untuk bicara, kan ?
Semoga kita ke depan lebih aware dan lebih melek politik.
Cukuplah tiran-tiran berkuasa, mari kita ciptakan suasana kondusif sehingga muncul *PEMIMPIN YANG SHIDDIQ, AMANAH, TABLIQ, FATANAH.*
Allahu 'alam...
No comments:
Post a Comment