Aku berdiri, begitu juga yang lain yg hadir di pertemuan malam itu. Sesaat hening, lalu sejurus kemudian lagu itu mengalun.. Meski yg hadir malam itu bukan group penyanyi koor yang terbiasa terlatih bernyanyi bersama, namun harmonisasi yg terdengar pada lagu itu begitu membuat bulu kudukku meremang.. Lagu itu begitu merdu.. Paduan suara kami begitu harmonis, begitu syahdu.
Ada rasa yang mendadak menyeruak, menyelubungi jiwaku. Aku tergetar. Aku dibekap keharuan yang mendadak begitu deras.. Lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di ruangan itu seperti sebuah paduan suara yang terdiri dari ratusan orang, meski sebenarnya kita hanya terdiri dari puluhan orang.
Ada keharuan yang begitu sulit kutahan.. Membuatku tak mampu mengucapkan beberapa baris lagu itu dengan suara lantang.. Suaraku tercekat ketika melantunkan baris demi baris lagu itu dengan penghayatan penuh, kekhusyukan yang tinggi..
Betapa syair ini tiba-tiba seperti sebuah suara yang mengingatkanku tentang semangat kebangsaan.. Rasa nasionalismeku mendadak tergugah..
Indonesia, tanah airku, tanah tumpah darahku
disanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku
Indonesia, kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru, Indonesia bersatu
Indonesia Raya, Merdeka.. Merdeka
Tanahku, Negeriku, yang kucinta
Indonesia Raya, Merdeka.. Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya...
Sepanjang lagu itu dinyanyikan, potret negeri ini melintas di benakku seperti sebuah pita seluloid berisi film-film tentang kesengsaraan anak2 bangsa, penderitaan kaum papa, kehinaan para pekerja tkw yang harus mengais rejeki di negeri orang, tangisan mereka2 yang tak mampu lagi ditempa keseharian dalam kemiskinan, anak2 yang tubuhnya ringkih, wajah pirus dan perut busung krn kelaparan, kerusuhan yang sering melanda negeri ini dan bencana yang saling bersusulan terjadi,,, begitu banyak kematian di negeri ini.. :(
Sungguh, aku tak mampu bersuara ketika harus melafalkan kalimat.. Tanahku, Negeriku, yang kucinta... Betapa aku mencintai negeri ini.. Betapa aku ingin menangis memandangi negeriku ini.. Bencana alam, bencana kekeringan, bencana kelaparan, bencana keserakahan, bencana korupsi yang seolah telah menjadi borok nasional.. yang membuatku menangis dalam rasa kecintaanku..
Sungguh aku dirundung kesedihan yang mendalam ketika menyanyikan baris.. Marilah kita berseru, Indonesia bersatu.. Karena seketika terpampang potret negeri ini yang selalu dilanda perselisihan, kerusuhan, anarki, kerusakan, kemarahan, keributan antar etnis.. manusia memangsa manusia.. homo homini lupus. lalu, dimana semangat persatuan negeri ini?
Wahai, saudara-saudaraku.. dari Sabang sampai Merauke.. Tak adakah kesadaran dalam sanubarimu bahwa kita bersaudara? Bahwa darahmu adalah darahku. Luka yang kau alami adalah kepedihan yang juga kami rasakan? Lalu mengapa kita saling membantai???
Dan potret negeri ini tak berhenti berputar.. slide demi slide, Sepanjang lagu yang terus dinyanyikan.
Cengengkah aku bila harus tercekat ketika melirihkan bait-bait reffrain yang seharusnya aku lafalkan dengan lantang???
Keheningan serentak membelenggu jiwaku sesaat setelah lagu itu berakhir dan berujung pada setitik air mata di sudut mata. Tak seorangpun tahu, aku adalah kader cengeng di ruangan kongres malam itu..
Indonesia Raya..
Merdeka..
Merdeka..
_________
8 Juli 2005
@ Wisma PKBI, Hang Jebat, Kebayoran Baru, 10.15am
No comments:
Post a Comment