ada rindu di mata kita.
ada sejuta kata tercekat di ujung lidah
aku menerawang kau ringan melangkah melayang
kita abai walau saling membutuhkan.
lalu kita terjaga.
kau terhempas dan aku terhenyak menyadari bahwa
dan kita saling menghibur diri kita dengan kesadaran.
mungkin memang sebaiknya cinta kita simpan dikebiruan kita yang sama.
kita simpan semua keinginan dan hasrat dan merubahnya dengan naluri untuk saling mengasihi, menyayangi, memperhatikan, memberikan ketenangan dan kedamaian untuk kita satu sama lain, dan menjadikan itu semua sebagai energi bagi kita untuk terus memperbaiki diri meski kita memang tidak diciptakan untuk berada dalam satu dimensi yang sama, ruang dan waktu yang sama nyata, namun setidaknya aku akan selalu bisa menyaksikanmu, dimanapun berada... dan kapanpun.
di siang yang benderang yang menjadikanmu biru menyala dan terang, atau di malam yang ditaburi sinar bulan yang perak yang menjadikan semua yang hitam menjadi putih dan pucat seperti perak.
seperti kerap kulakukan ketika rindu tentangmu bergumul dan menarikku berjalan menapaki malam demi malam, sekedar menghitung berapa banyak bintang-bintang yang menemanimu di malam hari.
atau mereka aneka bentuk awan gemawan yang kerap merupa berbagai macam siluet hewan. sambil mengingatmu... dan menerka-nerka gerangan sedang apa kamu di malam-malam ketika rinduku menggapaimu.
sementara kau pun bisa menyapaku, membelaiku, menyentuhku. kapan pun...
menguraikan simpul-simpul yang kita jabarkan sebagai rindu itu, yang bergulung abadi seiring waktu. kapan pun...
seperti riak ombak di lautku, dan lenguhan angin di langitmu.
abadi.
(suatu hari dalam periode waktuku)
aku menerawang kau ringan melangkah melayang
kita terikat dalam satu simpul yang kita berdua tak pernah bisa mengerti dan menjabarkan sebagai ikatan apa. nyata ....... namun selalu saja kita sangkal keberadaannya.
kita abai walau saling membutuhkan.
kita sadar keinginan itu adalah suatu kemustahilan, namun kita tetap menafikan kenyataan, dan berusaha menjadikannya sebagai satu lembar kehidupan nyata, di antara ribuan lembaran hari-hari yang selama ini kita jalani.
lalu kita terjaga.
kau terhempas dan aku terhenyak menyadari bahwa
yang menyatukan kita selama ini hanya sebuah garis
yang padanya kita terlihat menyatu dengan semu... cakrawala rindu
cinta memang sesuatu yang nyata dan bisa kita sadari keberadaannya. namun saat yang bersamaan cinta menjadi sesuatu yang aneh, ketika baik kau dan aku tak bisa menyentuhnya, apalagi menyimpannya untuk kita jadikan sesuatu yang bisa menyembuhkan setiap sakit yang hadir atau mengenyahkan dahaga yang selama ini menyekat......
cinta memang sesuatu yang nyata dan bisa kita sadari keberadaannya. namun saat yang bersamaan cinta menjadi sesuatu yang aneh, ketika baik kau dan aku tak bisa menyentuhnya, apalagi menyimpannya untuk kita jadikan sesuatu yang bisa menyembuhkan setiap sakit yang hadir atau mengenyahkan dahaga yang selama ini menyekat......
dan kita saling menghibur diri kita dengan kesadaran.
mungkin memang sebaiknya cinta kita simpan dikebiruan kita yang sama.
kita simpan semua keinginan dan hasrat dan merubahnya dengan naluri untuk saling mengasihi, menyayangi, memperhatikan, memberikan ketenangan dan kedamaian untuk kita satu sama lain, dan menjadikan itu semua sebagai energi bagi kita untuk terus memperbaiki diri meski kita memang tidak diciptakan untuk berada dalam satu dimensi yang sama, ruang dan waktu yang sama nyata, namun setidaknya aku akan selalu bisa menyaksikanmu, dimanapun berada... dan kapanpun.
di siang yang benderang yang menjadikanmu biru menyala dan terang, atau di malam yang ditaburi sinar bulan yang perak yang menjadikan semua yang hitam menjadi putih dan pucat seperti perak.
seperti kerap kulakukan ketika rindu tentangmu bergumul dan menarikku berjalan menapaki malam demi malam, sekedar menghitung berapa banyak bintang-bintang yang menemanimu di malam hari.
atau mereka aneka bentuk awan gemawan yang kerap merupa berbagai macam siluet hewan. sambil mengingatmu... dan menerka-nerka gerangan sedang apa kamu di malam-malam ketika rinduku menggapaimu.
sementara kau pun bisa menyapaku, membelaiku, menyentuhku. kapan pun...
menguraikan simpul-simpul yang kita jabarkan sebagai rindu itu, yang bergulung abadi seiring waktu. kapan pun...
seperti riak ombak di lautku, dan lenguhan angin di langitmu.
abadi.
(suatu hari dalam periode waktuku)
No comments:
Post a Comment