Elfan Bawalsyah - Padang
SURAT UNTUK BANG DENSI YANG SUKA SERUPUT KOPI
Bang densi terganteng. Apakah abang tahu, bahwa tahun 2015 menjelang Petral dibubarkan. Pembubaran itu awalnya untuk menghapus mafia migas. Rupanya ada kongkalikong antara om brewok dengan pak de untuk mengalihkan kewenangan supply impor migas dg rekanan om brewok, Sonangol EP yg dipimpin Sam Pa. Kini Sam Pa harus dikandangkan di penjara di negara asalnya karena terlibat korupsi. Publik pun ribut. Apakah abang lupa di zaman siapa ini terjadi ? di zaman Pak de bukan ?
Apakah abang tahu itu ?
Ternyata orang - orang sbg "otak" petral selama ini hanya berganti "baju" dengan divisi Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina. Ditahun pertamanya, ISC sudah membuat kesepakatan dagang yang merugikan negara. Adalah Daniel S Purba VP ISC Pertamina yg jadi dalang kasus pengadaan LPG (Butane dan Propane) untuk loading april 2015. Bisa dipahami bahwa pembubaran petral itu hanyalah modus "ganti majikan" para mafia. Dan di zaman siapa itu terjadi ? Di zaman Pak de bukan?
Apakah abang ganteng tahu itu?
Coba tanya senior kita Pak Binsar Effendi Hutabarat (ketua KKB '66), Beliau lantang sampaikan bahwa memilih pemenang tender LPG oelh ISC pertamina tidak berdasarkan Term Of References (TOR). Indikasi korupsi ini ditutup-tutupi dari publik.
Bang densi yang fans nya banyak...
Sekarang cobalah abang belanja ke pasar. Segala kebutuhan pokok serba naik. Tak banyak yang mau memperjuangkan hal ini, karena sudah pada di undang makan di istana. Bahkan tidak juga untuk bung Iwan Fals...kami rindu senandung bongkar...bongkar...bongkar...
Kalau di masa SBY kenaikan BBM dipenuhi demo pengerahan masa yang penuh drama. Terutama tangisan mbak Puan di parlemen dan sumpah-serapah Rieke "oneng" memperjuangkan hak - hak kami sebagai rakyat jelata. Tapi kemana mereka sekarang ?
Apakah abang lupa itu?
Bisakah abang sampaikan pada mereka kalau kami rindu mereka turun ke jalan. Kami tahu abang bisa sampaikan itu ke mereka. Kan tinggal diajak seruput kopi di istana. Karena akhir - akhir ini, pintu istana tidak punya telinga. Didatangi masa 4 juta pun, Pak de kita yang katanya rindu di demo itu malah milih periksa gorong-gorong di bandara.
Apakah abang lupa itu ?
Abang densi yang super. Isi laut kita memang selalu dirampok...Disaat publik digembirakan dengan perintah buk Susi untuk tenggelamkan kapal asing. Kami pun sambut gembira. Namun sayang, ini hanya jadi festivalisasi. Substansi masalah tata kelola laut dan perikanan tak terletak pada ditenggelamkan-tidaknya kapal asing ini saja.
Tahukah abang ? Pemerintahan Pak De terjebak dengan larang/tidak melarang penggunaan cantrang. Setelah diamuk nelayan, barulah kebijakan ini dibatalkan. Tapi, sebenarnya kebijakan cantrang ini, tidak ada kaitannya dengan kesejahteraan nelayan. Sebab, problem mendasarnya berupa ketimpangan penguasaan aset, distribusi pendapatan dan tata niaga perikanan. Inilah juga yang menyebabkan angka kemiskinan nelayan kuli pasti turun,... turun-temurun!
Apakah abang peduli itu ?
Belum lagi kebijakan Pak de dibidang kedaulatan pangan. Impor - impor bertebaran. Bukankah negeri kita kaya. Hanya saja yang bermasalah adalah distribusi & penanganan logistik saja. Lalu kenapa saat petani hendak panen raya. Pemerintah malah mengagendakan impor beras ?. Bahkan awalnya kebijakan ini di tangani pihak swasta. Keburu ketahuan, barulah hak impor dialihkan ke bulog. banyak kejanggalan dalam proses impor ini. Siapakah yang bertangguh jawab atas ini. Di era siapakah ini terjadi ?
Abang densi yang dihormati...
Tahukah abang, Sudah 46 tahun bapak Petrus Asuy bersama masyarakat adat Muara Tae mempertahankan wilayah adat mereka dari usaha perampasan oleh perusahaan konglomerasi. Muara Tae, sebuah kampung di Kalimantan Timur, yang didiami masyarakat adat Dayak Benuaq Ohokng. Dari 10,8 ribu hektare wilayah adat Muara Tae yang terpetakan, hanya 6% yang terbebas dari konsesi perusahaan, sisanya 94% tumpang tindih dengan izin perusahaan konglomerat.
Kajian Forest Watch Indonesia (FWI) pada 2017 di delapan provinsi, termasuk Kalimantan Timur, menemukan ada 1,52 juta hektare wilayah adat tumpang tindih dengan konsesi-konsesi perusahaan. Konflik ini sebenarnya bisa diselesaikan jika dokumen Hak Guna Usaha (HGU) dibuka kepada publik.
HGU ini memuat informasi lengkap seperti nama pemegang hak, lokasi, luas HGU, jenis komoditi, dan peta konsesi perusahaan. Jadi penyelesaian konflik tumpang tindih perusahaan dengan wilayah adat bisa mengacu pada data tersebut. Gak akan ada lagi tuh, warga yang bingung dimana batas-batas lahannya. Namun sayang, Pak De lebih memilih diam. Belum lagi jika dihitung dengan transparansi HGU pulau-pulau reklamasi di Jakarta yang sangat kuat bau korupsinya...
Abang ganteng. Kenapa tak abang ingatkan Pak De pakai kartu kuning ?
Kami sudah tahu, selama puluhan tahun kita merdeka masih banyak wilayah di Papua sana gelap gulita dan tidak ada akses jalan menuju kesana. Jika ada kucuran dana ratusan triliun rupiah dan mengerahkan TNI AD untuk membangun ribuan kilometer jalan disana adalah sebuah keharusan. Karena sudah lama anak Papua seharusnya mendapatkan hak-hak mereka. Bukankah itu adalah bahagian dari janji politik sejak Papua menyerahkan noken mereka di 2014.
Namun sayang, pencitraan - pencitraan dipermukaan tak seperti kenyataan. Bukankah sederet nama pemimpin besar dan kawakan sepeti: Yap Salosa, Theys Eluai, Agus Alua, Nataniel Badi, Wospakrik, Willem Mandowen, Pdt Awom, Abraham Ataruri, Jhon Rumbiak, Cosmas Pigai, Thom Beanal, Lukas Enembe dan lain2 adalah korbannya. Sementara rakyatnya sudah lebih dari ratusan ribu orang mati sia-sia. Demi apa? demi mendapatkan apa yang sudah menjadi hak mereka.
Lalu tiba2 jalan dan jembatan yang dibanggakan tersentak oleh anak Asmat yang mati kelaparan. Kemana pembangunan papua itu hadir ? Lalu melalui juru bicara pemerintah berdalih dananya kurang untuk biayai tenaga ahli untuk atasi masalah gizi. Lalu, kemana dana triliyunan tadi? Bukankah freeport sudah di akuisisi? Jhon Djonga (rohaniawan Asmat) pun bersaksi. Jangan orang minoritas dan tanah papua dijadikan jualan politik lagi ! Kalau ingin membangun, lihatlah di pegunungan tengah sana. Jangan lihat ke Mimika !
Kapan ya abang memberi Pak De kartu kuning untuk itu ?
Kami tidak terlalu nyaman menikmati fasilitas di kota. Hati kami gelisah melihat ini semua. Tak seperti abang yang dapat semua fasilitas istana, sehingga tampak besar dan lembek tubuhnya.
Kami tahu Pak Jokowi dalam setahun mengunjungi ratusan tempat di seluruh Indonesia. Beliau tak lupa unggah sendal jepit di Yach yang mewah. Atau cuci muka di lautan untuk lalap berkah. Bisa juga parade baju oblong di acara resmi. Kami juga saksikan betapa gagahnya Chooperland Pak De. Yang katanya ingin dikendarai di trans papua ditengah elegi bumi cenderawasih. Apakah itu semua solusi? Kami tahu 2019 itu sudah dekat. Kalau kerja beliau benar dan menepati setiap janji-janji, kenapa tergurat kekhawatiran beliau tak terpilih lagi.
Pernahkah abang memberinya kartu kuning untuk itu sekedar mengingatkan apa yang harus dia kerjakan untuk bangsa Indonesia ?
Kalau Jokowi mau, abang, ngapain dia sekedar ganti "baju" Petral ? Kan dia bisa ganti semua jajaran pertamina yang terlibat mafia migas ?
Ngapain juga Jokowi merasa capek bangun Papua. Toh beliau biasa enak masuk gorong-gorong dimana banyak media yang meliput disana untuk pencitraan dirinya ?
Sulit ya memberinya kartu kuning ? Karena abang hanya memandangnya sebelah mata dengan penghambaan luar biasa tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi diluar sana.
Senior itu bukan hanya harus pintar dalam pelajaran, abang, tapi juga harus luaskan wawasan.. Jadi mulailah membaca, jangan hanya sibuk puja-puji saja. Apalagi pake share status seaword yang jelas2 fitnahnya..
Abang densi yang suka seruput kopi dan kasih kartu pink. Jadilah senior yang mencerdaskan. Hentikanlah pembodohan dengan kebenaran alternatif yang abang suguhkan. Kami tak bermaksud menyalahkan Pak De. Ini semua karena kami ingat ajaran abang, kalau yang salah adalah presiden dari era Sukarno hingga SBY. Jika ada janji2 yang belum ditepati oleh Pak Jokowi. Itu semua karena beliau belum 2 periode. Mungkin semua masalah itu akan selesai kalau beliau jadi Sekjen PBB.
Mari ajak fans abang untuk memulai hidup mandiri sesuai anjuran menteri pak jokowi...mulailah bertanam semua kebutuhan pokok di rumah sendiri, bertelur sendiri, beternak sendiri. Kalau perlu menghasilkan BBM sendiri. Karena inilah solusinya untuk semua kenaikan harga yang terjadi....kerja..kerja..kerja...
Oh ya, sekali2 abang cari tahulah asal muasal kopi. Dahulu dipopulerkan oleh ulama dan sufi. Bukankah fans abang agak berat "gimana" gitu sama sesuatu yang berbau arab. Bisa-bisa mereka histeris kalau abang terinfeksi virus onta.
Setuju, Abang ganteng ? Angkat sempritnya. Tiuuup...terakhir, tolong dikurangi micin sebagai penyedap kopi ya. Tidak baik untuk kesehatan jiwa...Sekali-kali ajaklah jesica untuk ngopi bareng. Siapa tahu abang bisa merasakan sensasi kopi buatannya.
Tertanda
😁
Elfans Bawalsyah
(Adek mu yang juga suka main semprit di lapangan bola)
No comments:
Post a Comment