Jul 7, 2013

Selamat Ulang Tahun, Ibu.


Ruangan itu mendadak hening ketika aku mulai mengucapkan doa diiringi 'amiin' dari semua yang hadir, istriku, anak2ku, saudara2ku, ipar2ku, keponakan2ku dan cucu2ku (anak dari keponakan2ku), yang ikut menundukkan kepala di siang hari yang sejuk kemarin, 7 Juli 2013, persis di hari ulang tahun kelahiran Ibu yang ke 76.

Ada perasaan haru yang mendesak di tengah runtutan bacaan doaku. Sekuat mungkin kutahan agar suaraku tak sampai terasa tersendat. Di tengah doa yang kubacakan, tentang harapan agar Ibu selalu sehat dan selalu bisa menemani kami, anak2, cucu2 dan cicit2nya, setitik kekhawatiran muncul dalam benakku. Setitik kekhawatiran yang tak pernah kubicarakan dengan siapapun. Setitik kekhawatiran yang selalu melahirkan kesedihan. Ya, kesedihan yang bahkan muncul meski apa yang kukhawatirkan itu belum terjadi.

Tidak, jangankan berandai-andai itu terjadi, bahkan membayangkan bahwa itu akan terjadi pun aku seperti merasakan kesedihan yang begitu dalam. Ah, sudahlah..

Seringkali melintas dalam pikiranku, kelebatan bayangan di masa lalu. Beberapa peristiwa dan kejadian yang aku alami bersama Ibu. Ah, sepertinya begitu banyak kenangan pahit yang terekam dalam memori yang mampu kusimpan sejak aku kecil hingga hari ini. Susah payah kugali kenangan indah dimana aku menjalani hari-hari yang sekiranya Ibu bisa merasakan kesenangan di dalamnya, namun satu pun tak mampu kutemukan kenangan seperti itu.

Aku seperti hanya memiliki gambaran wajah Ibu yang tengah dirundung kesedihan, kesepian, kegetiran ketika beliau berjuang seorang diri. Bayangan hari-hari di masa kekanak2anku, remaja, dewasa, ketika aku menikah bahkan hingga sekarang. Sejujurnya aku nggak berhasil menemukan saat dimana aku bisa membuat wajahnya tersenyum bahagia, sumringah, kehilangan kepenatan, gurat-gurat kepedihan. Sungguh, aku ingin berbuat lebih dari itu Ibu. Allah SWT, Engkaulah yang maha tahu apa yang kuinginkan untuk membuat beliau, Ibuku, berbahagia. Senyum, tertawa. Keinginanku, dan doaku terhadap saudara2ku, agar bisa berbuat hal yang sama, bahkan melebihi aku, membahagiakan beliau, di hari-hari ini dan seterusnya.

Maka jika kemarin aku memuaskan diri untuk menikmati wajahnya, kuharap itu bukanlah hari-hari terakhirku menelusuri gurat-gurat ketuaan dan kerentaan di wajah dan seluruh tubuhnya, di hari jadinya yang ke 76 tahun. Tapi kuharap akan terus ada hari-hari dimana aku masih bisa berbuat semaksimalku, berbakti untuk memberikan kebahagiaan dan kesenangan baginya, kebahagiaan dan kesenangan yang utuh.

Selamat Ulang Tahun, Ibu. 

Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan bagimu. Amiin.

No comments: