Jun 13, 2008

putih

andai aku bisa dan memiliki kesempatan untuk dilahirkan kembali, dan bisa mencapai usia seperti apa yang kucapai saat ini, maka aku ingin agar aku bisa mencintai warna putih. tak seperti sekarang, entah mengapa aku terjebak pada kesukaan akan warna2 gelap, seperti hitam atau biru gelap.

barangkali seiring berjalannya waktu, aku selalu mengalami perubahan hingga aku menjadi seperti sekarang. hmm, ternyata manusia pun mengalami metamorfosis. manusia pun mengalami apa yang namanya transformasi. tanpa pernah aku sadari aku mengalami hal-hal tersebut.

dulu aku merasa aku adalah orang baik. dulu aku pernah beranggapan aku nggak mungkin melakukan hal-hal yang dulu kuanggap nista, jahat, dan hal-hal negatif lainnya. dulu aku merasa yakin seyakin-yakinnya bahwa aku adalah orang baik. bahwa aku akan tumbuh menjadi manusia seperti apa yang ada dalam bayanganku, menjadi manusia yang putih suci tanpa dosa, seperti sosok manusia yang selalu ada dalam benakku gerangan akan menjadi apa aku nanti. dulu aku belajar agama dan meyakini bahwa hakekat akhir perjalanan manusia adalah kembali pada sang Khaliq mesti dalam keadaan yang chusnul khotimah. kembali ke haribaan menghadap Ilahi Robbi dengan catatan amal shaleh. agar aku bisa menempati tempat yang selama ini kuyakini dengan hati perihal keberadaannya, suatu tempat dimana hanya ada kebaikan, rahmat, nikmat dan hal lain yang dijanjikan Tuhan kepada manusia yang patuh dan ichsan pada Sang Khaliq, yakni SYURGA.

tapi perjalanan waktu juga yang membuktikan bahwa angan-anganku tentang aku, cita-citaku tentang aku, impianku tentang kelak menjadi apa diriku nanti.. adalah salah. rentang waktu telah memberikan begitu banyak warna. dari putih menjadi merah. kadang hijau. kadang kembali putih. biru. bahkan warna hitam yang paling hitam sekali pun. semua menjadi warnaku. bahkan warna hitam demi warna hitam yang lain selalu saja melapisi kaca yang menutupi apa yang kusebut hati. hingga aku makin sulit mengenali nur Ilahi. aku makin sulit menemukan cahaya itu. hatiku makin sering tersabut jelaga hitam hingga nur atau cahaya Ilahi tak mampu menembus jiwa yang berada di dalamnya.

jika kenistaan bisa dianalogikan sebagai lembah atau jurang dimana memiliki tingkatan yang makin ke dalam adalah level kenistaan tertinggi, maka barangkali aku pernah terjerembab hampir sampai pada dasar lembah tersebut. aku hampir atau mungkin memang telah sampai pada dasar terdalam level kenistaanku. yang membuatku makin malu menyebut diriku makhluk ciptaan Sang Khalik. yang membuatku makin malu dan takut jika sewaktu-waktu aku dipanggil menghadapnya. sesuatu yang kutakutkan namun aku tahu pasti sesuatu yang pasti akan datang. sepasti 1+1 = 2!!!

entah kenapa aku makin merindukan warna putih, namun aku selalu saja terjebak pada hitam.. hitam.. dan hitam. nuraniku mungkin ada, dan menangis merindukan putih yang melapisi jiwaku. tapi realitaku jauh dari khayalan dan impian. realitaku makin menarikku pada kehitaman.

aku ingin keluar!!!

aku ingin lari dari kotak berwarna hitam ini. tapi setiap kali aku menjejak sekuatku agar aku dapat terlompat, selalu saja ada dinding-dinding yang bergerak naik menghalangi. kadang aku harus merangkak susah payah meninggalkan lembah hitam ini, namun selalu saja ada tangan-tangan tak terlihat menarik kakiku hingga aku jatuh dan jatuh lagi.

aku tak tahu kapan waktuku akan berakhir. dan aku tak tahu berapa lama waktu kuperlukan untuk membawaku kembali bermetamorfosa kembali ke warna putih. bertransformasi dari nista menjadi mulia. melakukan banyak amal kebajikan untuk menghapus dosa dan kemaksiatan.

Tuhan, aku ingin kembali menghadapMu dalam kemuliaan, dengan hati penuh dengan kelegaan dalam rahmat dan cahayaMu seluruh.

aku ingin kembali putih, sepertih Nur yang kau hembuskan pertama kali ketika aku menangis kali pertama di hari pertamaku lahir ke dunia ini, ketika suara azan yang dilafalkan ayahku menyelinap ke relung hati melalui gendang telingaku.

terimalah dan kabulkanlah doaku, ya Ilahi.


juni 2008