Feb 25, 2005

The Ocean's Diary



A short note to the blue sky


My Dear Blue Sky:

Do you still way up there and walk down thru the horizon just to hold me? 

Well, actually its been a quite long time for me not to tell you about all my vain for missing you. But time seems didn't mean anything to me. No matter how long it was... Because, I'd rather to keep all my vain and let them burried down to the depth of my heart, lay down in the bottom of darkness and turning around from time to time. While the ripples has never been flared up. I could never been able to turn it up to a huge wave and raise them up high where you were there.

Do you still way up there blueing the ocean of my desire? The ocean that has never reached the shore? While you belong the spread of cloud that has never stop attempting to reach you up. 

I could never won this race. 
I could never beat all those cloudy face.

You belong to the spread of wings of the sea-mew dancing and floating in the air, turning around, flying up high to reach you out. 

I could never fly and taste the wonder of your smile.

You belong to the sun that never stop shining and sparkling, lighten all of your smooth blue skin, turning your face in to a navy blue.

It hurts me everytime I realize who we are. 

It throws me down to the depth of the lonelyness and pain. I aint got nothing but all vain. It turns me to ebb and leave the sea-shore pale and wrinkle. We were not been able to meet up in the horizon, anymore. We've been separated by the unmeasurable number of time.

Will it be usefull for me to let you know all my desire that lay down in the bottom of my ocean heart? Things that you could never seen? 

Will there be a chance for us to hold each other, huge each other, eventough it is just a mirage in the horizon? My wish will still be floating. It'll be there waiting.

At least let me driven out of your blue, because that's the only thing left in me. I could never have you, my dear blue sky.



February 24, 2005, 
*the journey to city of Tangerang



Feb 24, 2005

Anak Sang Elang...



Seringkali aku melihat dia tegar, dengan matanya yang nanar nyalang menghadapi setiap persoalan dengan garang. Hatinya selembut salju, tapi semangatnya getas bagai batu. Wajahnya serius dan gundah, seolah di pundaknya memikul segunung beban tak terencah.

Tapi hari ini aku melihatnya seperti seorang bocah yang papa. Dia teronggok seperti bukan apa-apa, bukan sesuatu. Tubuhnya meringkuk memeluk lutut. Begitu eratnya pelukan di lututnya, seperti seorang anak yang tengah memeluk sosok ayah yang hendak meninggalkannya. Matanya terpejam rapat, seperti enggan menatap dunia. Dunia yang penuh dengan begitu banyak keindahan, namun dimatanya semua menampak sama.. 

Kepedihan dan kepahitan!!!

Tak ada tangis terisak keluar dari mulutnya yang terkatup rapat. Tak ada air mata yang mengalir dari matanya yang terpejam lekat. Tapi aku bisa merasakan tangis yang dia pendam seakan mampu menggoyahkan kerajaan sang pemilik alam, Arsy di langit ke tujuh. 

Karena di gumam tangisnya terlafal jutaan pinta dan doa.

Baginya tak ada tempat buat mengadukan segala pedih perihnya selain kepada Dia Yang Esa. Tak ada sosok buatnya mengadu. Tak ada seseorang yang dia bisa merasa nyaman berkeluh kesah dan berbagi bebannya yang membuncah. 

Tak ada!!!

Selain kesendirian dan kekhusyukannya bertafakur. Tangisnya adalah nyanyian kalam dari Syurga. Kepedihannya menggetarkan jantung siapapun yang mampu mendengarnya.

Hari ini aku melihatnya begitu tak berdaya. Seperti seorang bocah kecil yang tak memiliki kekuatan apapun. Tapi semangatnya tetap getas. Gurat-gurat kepedihan tak pernah mampu menghentikannya untuk terus bangkit berdiri dan tegar berjalan. 

Aku tahu ia akan terus bertahan.

Karena aku tahu ia adalah anak sang elang, sang penantang bermata nyalang.


(24 Februari 2005)
*tengah malam

Keindahan...

keindahan
sisa-sisa catatan tentangmu:


keindahan adalah milik hati yang bernyanyi
yang bisa melihat warna nyata bermelodi
keindahan menjadi berarti bukan ketika mata melihat
sementara hati buta tersekat


sepertimu, jauh hidup dalam sekap impianku
tak lagi teraba, tak lagi terkecap
tak lagi ada dalam bayang retina penglihatanku
keindahanmu nyata ada kudekap erat

dan kau selalu membuatku bernyayi,
sepanjang hari...



23 feb 2005
mengingatmu...

Feb 23, 2005

Tanpa Judul, Tanpa Makna (a poetry)

Tanpa Judul, Tanpa Makna (3) – 2005




Pada langit yang menangis;
adakah ia mewakili kepedihan?

Pada alam yang kacau menggelegar parau:
adakah ia mengerti jiwa yang galau?

aku tak tahu di sisi mana aku berdiri
menjadi bagian dari harmoni yang syahdu
atau terkapar bersama sendiri yang abadi
karena suara semua semerta bisu
terang gelap terasa sama, tak berbeda

aku meracau tanpa makna!
memanggilmu entah dimana


(23 Feb 2005)
*ketika hujan



Berapa Malam (2005)

Berapa Malam (2005)



berapa malam kau meratapi kegelapan
yang menyinggahi jiwa-jiwa yang beku
setelah perpisahan itu
sepertinya tak ada lagi perbedaan
siang tak ubahnya malam
tanpa suara hening nada

*selain rindu yang bertalu tanpa irama

sejak saat kehilangan itu,
hingga pagi tadi dan malam ini
entah esok pagi jika masih ada matahari
berapa malam lagi menghitung waktu,
wahai perempuan dalam mimpiku..

*mungkin selamanya hingga nanti..


(21 Feb 2005)


Suatu Siang di Plaza Semanggi...



Suatu siang di plaza semanggi...

Yang paling kubenci adalah kesendirian, 
dan yang paling kutakuti adalah merasakan keterasingan di tengah keramaian. 

Aku rasa hampir setiap orang sering mengalami dua hal ini dan tak seorangpun akan menyukai hal-hal seperti itu karena hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain.

Kesendirian membuat jiwa mengkerut. Tak peduli berapa sering aku mengalami hal ini, tetap saja kesendirian mengoyak-koyak keceriaan dan menghempaskanku ke dalam lembah kematian. Aku merasa seolah telah mati... dan aku tak ingin mati terjadi ketika aku masih harus menjalani hidup, seperti sekitarku yang selalu hidup.

Lalu aku hidupkan kematianku lewat suatu tarikan nafas panjang dan meledakkannya lewat satu teriakan dalam dada. Aku membutuhkanmu!! Saat ini, di ke-sendirian-ku.

Dan aku tak mampu menghindari ketika keterasingan dan kesendirian selalu menggoyahkan imanku untuk melayangkan rindu pada seseorang yang tak seharusnya kurindui. Mengajakku melangkah mengingkari batas-batas kesetiaan.

Dan inilah aku. 

Terjebak dalam kesendirian yang -meski kerap kujalani- selalu saja membuatku mati. Terasing di belantara keramaian, lalu lalang gerak kehidupan yang sama sekali tak kukenali. Dan lagi-lagi membuatku teriak dalam kebisuan.

Tapi aku memang belum mati... karena ternyata aku masih memiliki rindu ini, di dalam hati.


hokben, 23 feb 2005 @ 12.30pm

Feb 18, 2005

Adakah Persahabatan Sejati Dengan Lawan Jenis?




Ya, adakah persahabatan sejati dengan lawan jenis? Tiba-tiba saja pertanyaan ini berkelebat dalam kepala saya...

Barangkali diantara kamu ada yang memiliki sahabat lawan jenis. Kamu dan dia sudah berteman lama. Saling cerita dan serba terbuka. Jika persahabatan kamu itu membuat kamu merasa nyaman dan makin saling membutuhkan, apakah kamu jadi merasa bersalah dan nggak enak?

Ketika kamu sudah terikat dengan orang lain, lalu tiba-tiba kamu merasa sayang sekali pada sahabat kamu, dan dia merasakan hal yang sama dengan kamu (padahal dia juga sudah terikat dengan orang lain), bagaimana sikap kamu?

Well, it happens to me..

Orang yang selama ini menjadi teman baik, sahabat, teman bercerita, tiba-tiba saja menjadi seseorang yang begitu istimewa dibandingkan sebelumnya. Sejak dulu saya memang sayang padanya. Rasa sayang sebagai seorang sahabat. Namun belakangan ini saya merasakan, rasa sayang yang saya miliki makin dalam. Bertemu selalu mendatangkan rasa kesenangan, dan perpisahan selalu membuahkan rasa rindu. Sepertinya, atau entahlah... barangkali ini hanya harapan saya saja, tapi keliatannya dia juga menunjukkan sikap itu.

Ingin rasanya mengatakan apa yang saya rasakan. Hanya karena komitmen persahabatan yang saya dan dia miliki saja yang membuat saya selalu bertahan dengan sikap berteman tanpa merusaknya dengan ungkapan sayang yang lain.

Tapi, mimpi-mimpi yang hadir belakangan ini membuat saya selalu merasakan rindu yang bertubi-tubi. Ingin mendengar suaranya setiap kali melihat telepon teronggok di meja saya. Dulu, aku dan dia tak pernah terkejut dan merasa serba salah ketika tanpa sengaja kami bersentuhan. Tapi sekarang, selalu saja ada sedetik waktu yang menggantung dan terpampang di mata kami tiap kali tanpa sengaja kami bersentuhan. 

Entahlah apakah dia bisa melihat pias di wajah saya ketika hal itu terjadi.

Hm,

Jika jujur mengatakan perasaan saya kepadanya bisa merusak persahabatan ini, haruskah saya diam dan membiarkan persahabatan menjadi kaku karena ketika kita bersama rasanya selalu saja membuat kami jadi serba salah tingkah.

Atau, haruskah kukatakan... "aku sayang kamu"?

Apakah kamu pernah merasakan hal seperti ini?

Apakah Kamu Pernah Merasa Seperti Ini?





Kamu pernah merasa seperti ini?


Suatu ketika kita merasakan rindu yang amat sangat kepada seseorang. Seseorang yang kita kenal. Seseorang yang jika kita mengingatnya, rasanya seperti membuat kita ingin menemuinya. Seseorang yang jika kita desiskan namanya, membuat kita berdebar dan merasa ada hangat yang menjalar. Seseorang yang membuat kita betah diam berlama-lama, sekedar untuk melukiskan raut wajahnya dalam benak kita.

Seperti saya rasakan saat ini. Entah kenapa, dari sejak pagi tadi, saya kepikiran orang ini. Seseorang yang meski setengah mati saya coba tepiskan pikiran ini, tapi setengah mati pula saya harus ngakui saya ga berhasil. Dia masih tetap eksis. Di pagi ketika saya buka mata, di sepanjang perjalanan. Di tiap huruf yang saya ketikkan. Dan di angka-angka telepon yang tergeletak di meja dan hp saya. Semuanya menjadi satu rangkaian yang menyiksa yang membuat saya ingin -ingin sekali!- menelponnya.

Tapi tidak saya lakukan!!!

Biarlah, rasa ini hadir, ada, terasa, dan saya artikan sebagai rindu. 

Rindu yang hanya saya yang tahu kepada siapa. Rindu pada seseorang yang saya kenal. Seseorang yang tiap saya mengingatnya, rasanya seperti membuat saya ingin menemuinya. Seseorang yang ketika saya desiskan namanya, membuat saya berdebar dan merasa ada hangat yang menjalar. Seseorang yang membuat saya betah diam berlama-lama, sekedar untuk melukiskan raut wajahnya dalam benak saya.

Pernahkah Anda merasakan seperti ini?

Feb 17, 2005

Hari Ini Tanggal 17 Feb, Jam 8pm

hm, berapa lama aku ga tidur?

terakhir aku terjaga dari tidur tanggal 16 Feb pkl 05.00. Dan praktis sejak waktu itu sampai hari ini, 17 Feb, pkl 20.00, itu berarti kurang lebih 39 jam aku ga tidur

nggak tidur sama sekali!! 

gila! waktu benar-benar nggak kerasa banget. duh, jangan2 aku mengidap mesopotamia.. ugh, sophia.. mmmmm, oya!! insomnia, kali!

seru juga ngerjain dokumen tender sendirian.. well, begini rupanya wiraswasta.. jatuh bangun, sendirian.. udah kayak lagu dangdut ajah! hehehehe.

hh, nggak tahu sekarang udah ngantuk apa belum, rasanya kok males aja beranjak dari depan komputer.. rasanya pengen banget nulis. sementara aku masih belum tahu apa yang mau aku tulis.

begitu banyak yang kupikirkan akhir-akhir ini. begitu banyak yang aku ingin kerjakan. semuanya harus aku selesaikan secepatnya. sepertinya semua pikiran itu berputar-putar di benakku, perlahan.. lalu semakin lama makin cepat. dan begitu cepatnya semua berputar di benakku, seolah-olah semuanya tumpah.. keluar dari kepala. berserak. dan ini membuat aku cuma bisa duduk terhenyak lalu terhempas di kursiku dengan pikiran yang kosong.

aku tidak tahu harus melakukan apa.

uhhh, rasanya aku butuh tidur panjang...

Aku Ingin Menulis...

lonely

aku ingin menulis.
sesuatu, entah apa. apa saja yang kumau.
tapi sayang, aku kehilangan kemampuan melihat
kehilangan kepekaan untuk merasa
kehilangan pendengaran untuk bernada
dan aku lelap dalam kelengangan
keheningan yang menyesakkan

aku ingin menulis 
seperti dulu ketika jemariku tak pernah berhenti kaku
mengambang di udara yang beku
menanti mataku yang berlari liar
dan berputar, 
mencari nuansa yang selalu saja tersamar

aku ingin menulis
aku ingin menulis
kemana gerangan perginya jiwaku?
matikah olehmu?

ah, aku tak bisa lagi menulis sungguh

aku tak bisa lagi mendengar
tak bisa lagi menatap cahaya penuh
tak bisa lagi menangkap debar

aku tak bisa meraup huruf-huruf yang kupunya
dan mengolahnya jadi kata-kata bermakna

hhh...

Kangen...

Lama nggak nulis, kangen juga rasanya. Sayang hari ini gw lagi suntuk banget. Gw jadi bingung mau nulis apaan??? Ah, nggak tahulah...

Mungkin ini semua gara-gara gw lagi kesel sama diri sendiri. Arrggh, gw kangen seseorang. Sebagian dari diri gw ngakuin kalo gw masih ngerasain perasaan itu. Gw kangen dia. Tapi sebagian diri gw yang lain marah.. Segitu marahnya sampai gw berharap agar gw bisa ngelupain dia untuk selama-lamanya..

I hate her!
I really hate her..!!
But I miss her so much!

God, I wish I could forget her once and for all.. for last. I do. I can't stand this anymore. Gw nggak kuat tiap kali inget dia seluruh badan gw bergetar. Bergetar menahan peperangan dalam diri gw dimana sebagian diri gw bener2 merasa kehilangan dia, sedang sebagian diri gw yang lain marah dan kecewa dan berusaha mati2an untuk nggak lagi mengenal perasaan kayak gini.

I hate her..
I hate myself..!!!

But, I miss her!?

Still..

ARRGGGGGHHH!!!