Jul 14, 2005

Practise..

Is there any one knows
how to put the text right on the right side of the picture???

its me..
Posted by Picasa

Jul 12, 2005

Aaarrghhh!!!!

Barangkali aku harus menata kembali, mana langkah yang harus kujalani dan mana yang harus kujauhi. Menata kembali ucapan dan pikiranku, agar tak lagi menipu. Baik menipu diri sendiri, apalagi orang lain. Memilah dengan lebih hati-hati, mana yang harus kulakukan dan apa-apa yang sudah waktunya kutinggalkan.

Terlalu lama pikiranku bermain, menggoda dan menipu. Membutakan aku dari kebenaran. Menulikan aku dari kepatutat dan keharusan. Dan aku menjadi jiwa yang mati, berjalan tanpa nurani, tanpa wajah sanubari. Aku berjalan ke kanan dan ke kiri tanpa arah pasti. Melangkah ke kiri ketika seharusnya ke kanan, berlari ketika aku harus berjalan, tidur tatkala aku harus bergegas dan undur padahal kebenaran mendorongku bergerak maju.

Waktu berpacu dengan usiaku. Kegelisahan mengejarku. Aku harus lari, tak perlu ba-bi-bu lagi.. lari. Lari. Lari!! Aku harus berpacu dengan nafasku, berebut masa dengan tatapanku. Terlalu lama aku tertatih, bersimpuh ringkih merepih. Aku harus nanar, garang, nyalang, gemeretak, gigih, teriak, sontak... sejauh-jauh jarak melonjak. Seperti kuda beringas mencongklak. 

Lari. Lari. Lari!!!

Sepertinya segala yang kutatap, ketika terpejam, adalah mati.


___
Juli, 2005

Aku Ingin Mendengar (a poetry)

tak pernah kubayangkan;
jika aku tak bisa mendengar
angin yang mendesau hadirkan kemerisik
kicau burung yang bernyanyi mengusik
suaramu yg merdu menghanyutkanku
atau tawa dan tangisan dunia sekitarku

karena di ketika telingaku mendengar
aku tak pernah henti melinting sunyi
ketika bermacam suara meraung meracau
sepi tak juga mampu sirna kuhalau
seperti ruang kosong yang menelanku
mengedanpkan semua suara bisu beku

bicaralah, buat aku gelak tawa
agar setiap kata menjadi bunga
riuh dengung jadi senandung, melantun
ajarkan aku bercanda berpantun
begitu lama aku tenggelam;
di suara-suara yang terpendam


_______
Juli 2005
sendiri di duniaku, sunyi ruang gerakku...

Lack of Communication

Hari ini aku mengambil satu pelajaran penting. Komunikasi! 

Betapa pentingnya komunikasi bagi suatu hubungan.. Entah itu hubungan dengan pasangan, teman, relasi atau org2 tertentu yg memang cukup spesial buat kita. Komunikasi yang baik bisa menentukan kualitas suatu hubungan.. Komunikasi yg baik bahkan sangat diperlukan untuk mempertahankan suatu hubungan..

Komunikasi bisa menghindarkan siapapun dari kesalahpahaman. Lack of communication bahkan acapkali bisa membuat kita menyakiti orang lain. Seperti bbrp hari lalu, tanpa sengaja aku menyakiti perasaan seseorang yang sesungguhnya aku begitu peduli.

Well, tampaknya aku memang masih perlu belajar banyak dalam memahami org lain. Belajar untuk melihat sesuatu tidak melulu dari sudut pandangku sendiri, namun harus mampu melihat dari sudut pandang org lain.

Perjalanan menuju kedewasaan memang tak pernah berhenti bagi tiap orang. Berapapun usia kita, karena usia tak menentukan kedewasaan.

Barangkali, begitulah pemikiran saya...


___
Jul, 2005

Jul 11, 2005

Di Bawah Bentangan Gugusan Bintang...

Meski sering kusaksikan dari beranda rumah ketika aku menghabiskan malam dengan menatap langit dan bintang-bintang, tak pernah kusaksikan langit begitu gemerlap seperti malam ini.. Tak pernah kusaksikan keindahan yang seperti ini.. Betapa ciptaan Tuhan ini begitu luar biasa indahnya.. Betapa ciptaan Tuhan ini tak pernah bisa membuatku berhenti untuk merasakan ketakjuban yang paripurna.

Malam ini, dari kegelapan tempatku berdiri, di tengah hamparan tanah datar yang bebas dari kesombongan gedung-gedung pencakar, diselimuti kegelapan yang perawan.. tak terjamah lampu-lampu gemerlap seperti yang sering kusaksikan di belantara kecongkakan Jakarta, mataku sarat mengucap syukur.. Segenap inderaku sujud tafakur, dalam kesadaranku sebagai manusia, makhluk yang tak ada artinya dibanding tanah yang kupijak, bumi yang kuhuni, angkasa yang menaungi dan alam semesta yang terbentang luas dalam hitungan yang tak terperi.

Subhanallah.. Alhamdulillah.. Wa Laa Ilaaha Illallah.. Allahu Akbar
Subhanallah.. Alhamdulillah.. Wa Laa Ilaaha Illallah.. Allahu Akbar
Subhanallah.. Alhamdulillah.. Wa Laa Ilaaha Illallah.. Allahu Akbar

Maha Besar Engkau yang telah menciptakan sesuatu yang luas tak terhingga
Maha Sempurna Engkau yang telah menciptakan keteraturan di alam ini

Malam ini bintang-bintang yang kusaksikan seperti mengambang di angkasa sejangkauan tanganku.. Begitu jelas dimensinya.. Titik-titik yang terbilang jutaan bahkan milyaran, terhampar di selebar langit yang mampu kulihat dengan mata telanjang. 

Malam ini langit begitu jernih. Tak ada awan berserak di selebaran angkasa di atas rumahku. Kegelapan langit dan juga sekitar tempatku berada, menjadikan bintang2 yang kusaksikan seperti melayang diatasku dengan pendar-pendar kemilau yang beraneka.. Ada yang terang, ada yang redup. Ada yang putih keperakan dan ada yang suram kemerahan.

Maha suci Allah yang maha tinggi, yang memiliki segala keindahan ini...



_____________
9 Juli 2005, @ 23.30wib
Griya Selaras, Jagabaya, Parung Panjang

Jul 8, 2005

Indonesia Raya.. Merdeka.. Merdeka

Indonesia Raya, Merdeka.. Merdeka...


Aku berdiri, begitu juga yang lain yg hadir di pertemuan malam itu. Sesaat hening, lalu sejurus kemudian lagu itu mengalun.. Meski yg hadir malam itu bukan group penyanyi koor yang terbiasa terlatih bernyanyi bersama, namun harmonisasi yg terdengar pada lagu itu begitu membuat bulu kudukku meremang.. Lagu itu begitu merdu.. Paduan suara kami begitu harmonis, begitu syahdu.

Ada rasa yang mendadak menyeruak, menyelubungi jiwaku. Aku tergetar. Aku dibekap keharuan yang mendadak begitu deras.. Lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di ruangan itu seperti sebuah paduan suara yang terdiri dari ratusan orang, meski sebenarnya kita hanya terdiri dari puluhan orang.

Ada keharuan yang begitu sulit kutahan.. Membuatku tak mampu mengucapkan beberapa baris lagu itu dengan suara lantang.. Suaraku tercekat ketika melantunkan baris demi baris lagu itu dengan penghayatan penuh, kekhusyukan yang tinggi..

Betapa syair ini tiba-tiba seperti sebuah suara yang mengingatkanku tentang semangat kebangsaan.. Rasa nasionalismeku mendadak tergugah..

Indonesia, tanah airku, tanah tumpah darahku
disanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku
Indonesia, kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru, Indonesia bersatu

Indonesia Raya, Merdeka.. Merdeka
Tanahku, Negeriku, yang kucinta
Indonesia Raya, Merdeka.. Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya...

Sepanjang lagu itu dinyanyikan, potret negeri ini melintas di benakku seperti sebuah pita seluloid berisi film-film tentang kesengsaraan anak2 bangsa, penderitaan kaum papa, kehinaan para pekerja tkw yang harus mengais rejeki di negeri orang, tangisan mereka2 yang tak mampu lagi ditempa keseharian dalam kemiskinan, anak2 yang tubuhnya ringkih, wajah pirus dan perut busung krn kelaparan, kerusuhan yang sering melanda negeri ini dan bencana yang saling bersusulan terjadi,,, begitu banyak kematian di negeri ini.. :(

Sungguh, aku tak mampu bersuara ketika harus melafalkan kalimat.. Tanahku, Negeriku, yang kucinta... Betapa aku mencintai negeri ini.. Betapa aku ingin menangis memandangi negeriku ini.. Bencana alam, bencana kekeringan, bencana kelaparan, bencana keserakahan, bencana korupsi yang seolah telah menjadi borok nasional.. yang membuatku menangis dalam rasa kecintaanku..

Sungguh aku dirundung kesedihan yang mendalam ketika menyanyikan baris.. Marilah kita berseru, Indonesia bersatu.. Karena seketika terpampang potret negeri ini yang selalu dilanda perselisihan, kerusuhan, anarki, kerusakan, kemarahan, keributan antar etnis.. manusia memangsa manusia.. homo homini lupus. lalu, dimana semangat persatuan negeri ini?

Wahai, saudara-saudaraku.. dari Sabang sampai Merauke.. Tak adakah kesadaran dalam sanubarimu bahwa kita bersaudara? Bahwa darahmu adalah darahku. Luka yang kau alami adalah kepedihan yang juga kami rasakan? Lalu mengapa kita saling membantai???

Dan potret negeri ini tak berhenti berputar.. slide demi slide, Sepanjang lagu yang terus dinyanyikan.

Cengengkah aku bila harus tercekat ketika melirihkan bait-bait reffrain yang seharusnya aku lafalkan dengan lantang???

Keheningan serentak membelenggu jiwaku sesaat setelah lagu itu berakhir dan berujung pada setitik air mata di sudut mata. Tak seorangpun tahu, aku adalah kader cengeng di ruangan kongres malam itu..

Indonesia Raya..
Merdeka..
Merdeka..


_________
8 Juli 2005
@ Wisma PKBI, Hang Jebat, Kebayoran Baru, 10.15am