Jun 30, 2005

Api Yang Menghidupi (a poetry)

Kepada: bony, raka, romi, rani


tiba-tiba kusadari aku tak pernah bisa
berhenti menjejak atau melangkah
karena aku harus berlari dan berlari
hidupku adalah anugerah untuk kuhidupi
dan tak ada alasan untuk menyerah

ketika kau menjadi bagian dari cerita
maka tak akan pernah ada kata usang
halaman demi halaman kutuang
sehari, sewindu, seribu tahun kutuju

kau inti dari seluruh kerak kehidupanku
yang menggelegak bergejolak gemeretak
maka tak akan ada kata keengganan,
kelelahan, kerapuhan, kematian
menyerah pasrah, lunglai tak berdarah

aku akan berdetak seiring waktu yang panjang

Seminggu di rumah...

beberapa hari terbaring sakit di rumah, banyak sekali hikmah yang gw petik.. nggak banyak yang telepon ke hp n nanyain kabar gw.. kabar yang gw kirim ke kantor mengenai gw yang dapet kecelakaan pun, nggak membuat temen2 (yang selama ini gw anggap temen) telp n nanyain kabar gw yang sebenarnya.. apalagi yang nengokin gw sakit.. entah barangkali emang gw yang kurang bersosialisasi atau masih kurang spend more time buat gaul sama org2 kantor, atau memang itulah sifat mereka yang selama ini gw anggap temen. well, at least gw tahu siapa2 mereka..

tayangan tv yang setiap hari (setiap saat) gw tonton, ternyata cuma menghadirkan rasa sesak di dada.. kalo nggak tayangan gossip yang hampir tiap hari ditayangin hampir semua stasiun tv, paling-paling berita2 mengenai penderitaan dan kepedihan mereka-mereka yang hidupnya sangat-sangat miskin.. bayi-bayi yang lumpuh karena polio, orang-orang tidak mampu yang menderita penyakit berat yang membutuhkan biaya pengobatan yang tidak terjangkau, penderitaan anak2 balita yang kurang gizi sampai busung lapar..

betapa potret negeri ini begitu buram!

nasib bangsa ini begitu suram!

menyedihkan...

Antara Kita dan Kenangan (a poetry)


Antara Kita dan Kenangan (2005)

(catatan buat Bony)


antara kita dan kenangan adalah hari ini:
yang selalu kita ulangi
dalam rindu yang sama
dengan cinta yang sama
tatapan dan kata yang sama

aku merindukanmu ketika kau memelukku
dan membawa kita menapaki waktu
yang pernah kita lalui;
lembar-lembar ketika kita muda

aku menginginkanmu ketika kita bersama
merenda keinginan dan impian yang terajut
yang akan kita lalui;
suatu ketika nanti kita menua

maka tak ada lain yang mengisi kenanganku
kecuali kau, aku
dan perjalanan hari ini.


(Ciledug, 30 Juni 2005)
*memelukmu

Jun 15, 2005

Happy Birthday, Bony

Happy Birthday...


Cinta memang kadang tak selalu dapat diucapkan. Perjalanan waktu yang panjang, seringkali membuat kita lebih pandai menyatakan dalam bentuk sikap, ketimbang dalam bentuk
kata-kata...

Namun memang cinta harus sesekali dinyatakan, diungkapkan, diucapkan secara lisan, dan dikuatkan dengan sikap dan perbuatan..

Mungkin perjalanan waktu yang panjang, kadang membuatku lupa untuk mengucapkan dan menyatakan cinta, seperti awal-awal
pertemuan dan jalinan hubungan cinta kita..

Mungkin kebersamaan yang telah terjalin panjang diantara kita, lebih mendorong hati kita masing-masing untuk saling memahami secara sadar, sehingga kita tak lagi menuntut kata-kata, menunggu ucapan..

Namun di hari istimewa kamu kali ini, aku tak bisa bersikap sebagaimana seharusnya ketika seseorang yang kita cintai menjalani hari jadinya..

Seharusnya aku memberikan kamu sesuatu yang istimewa.. Seharusnya aku tak sekedar mengungkapkannya dengan kata-kata..

Sesungguhnya aku ingin selalu memberi kamu lebih dari apa yang saat ini kamu terima. Aku ingin kamu tahu, meski tak seluruhnya terungkap dan terucap..
cinta yang ada padaku, akan selalu mengakar pada sukmamu. Tertancap kuat, terikat lekat.. di dasar hatiku. Aku selalu mencintaimu.

Selamat ulang tahun, cintaku kekasihku. Semoga rahmat Allah senantiasa mengikat hatiku dan hatimu. Hingga akhir, di penghujung waktu.



16 Juni 2005
KSA

Kemarin, Jogging di SUGBK Senayan



Seperti biasa, aku jogging di Gelora Bung Karno, Senayan, Jaksel.. Sore. Langit menjelang gelap ketika aku melintasi Sudirman, tapi jalan yang kulalui seakan bermandi cahaya. Jakarta mulai menyala! Lampu warna warni mulai menghias Jakarta di waktu malam. Begitu ramai. Begitu semarak.

Jogging track di seputaran Gelora Bung Karno mulai ramai.. Sebagian berlari, sebagian berjalan.. Sebagian bergerombol terdiri dari 2-3 orang, sebagian lain berpasangan.. Dan sebagian ada juga yang terlihat berlari-lari kecil sendirian.. Seperti aku!

Ya, aku memang terbiasa jogging sendiri.. Sendiri! Tak ada teman bicara.. tak ada teman tertawa. Yang menemaniku hanya langit yang mulai menggelap yang menaungi. Bintang-bintang yang mulai nampak satu dua, bercahaya redup karena distorsi sinar lampu yang menerangi angkasa sekitar gelora.. Juga ada sebentuk bulan sabit yang pucat yang selalu dapat kulihat setiap saat.. Begitu kuatnya menarik pandangku ke angkasa, menatap ke arahnya.

Ah, entahlah apa dan kenapa, tapi selalu saja ada perasaan seolah ada percakapan sunyi antara aku dengan langit yang menaungiku.. Selebihnya, yang menenamiku hanya derap irama langkahku yang lebar-lebar ketika sol sepatu bertemu aspal hitam.. juga dengus nafasku yang berkejaran menderu tak menentu..

Aku merasa sepi. Aku merasa sendiri.

Entah kenapa aku melakukan ini. I hate for being alone.. I hate for being lonely!! I hate it so much.. Tapi aku selalu saja melakukannya, lagi dan lagi.. Berlari menerjang sepi.. Meninggalkan keramaian yang makin terasa asing buatku.

Hm, barangkali, ini karena aku kehilangan sesuatu belakangan ini.. Bayang-bayangmu


___
Jun, 2005

Jun 14, 2005

Tentang Rindu, Tentangmu...


Tentang Rindu, Tentangmu (2005)




kerinduan tentangmu slalu menjadi bayanganku
melekat kemanapun aku bergerak
memeta di tiap cahaya yang kulumat
kau ada ketika terang benderang
dan menyatu ketika gelap membentang

seperti cahaya yang menghidupi
rindu tentangmu menyeruaki dadaku laksana api
membakarku, menyemangati, menghidupi
senyummu memanggilku untuk berlari
tatapmu memberiku energi untuk bangkit
ketika aku terjatuh menapaki jalan berbatu

kau membuatku menjadi lelaki yang berarti
bukan karena harta, bukan pula karena rupa
selain dari kebaikan yang kutawarkan
dan kau selubungi dengan cinta yang tak terbantahkan
kau sematkan gelisahku di simpuh kelembutanmu
kau benamkan resahku di getar lagumu
menjadikanmu tempat terbaik untukku tetirah

kerinduan tentangmu menemaniku
jelajahi hari demi hari, waktu demi waktu
dan waktu membawa kita berkelana
melumati rindu yang tak henti membara

hingga akhir, seperti dalam doa-doa kita...


(14 Juni 2005)

Jun 6, 2005

Surat Kepada Samwan (2)

Untukmu yang bermain di benakku...


Pikiran manusia terdiri dari milyaran sel yang mampu menampung memori yang  tak terbatas.. Tak seperti bejana yang di dalamnya berisi air. Perlahan tapi pasti, bejana itu akan penuh dan ketika aliran airnya tak berhenti, air itu akan tumpah ruah karena tak lagi memiliki tempat di dalam bejana.. Maka otak manusia tak akan pernah luber, dan tumpah..

Lalu apa yang harus kulakukan ketika hari demi hari, waktu ke waktu, detik demi detik, siang dan malam, terang dan gelap, nafas yang kuhirup dan kuhembuskan, dalam diam ataupun bergerak, pikiranku selalu dipenuhi tentang kamu?

Tentangmu. Selalu tentangmu!

Kau seperti mata air yang tak pernah kering sepanjang musim, mengisi benak dan pikiranku.. dalam sadar dan terlenaku, segala rasa tentangmu menyeruak. Kau ada dalam tiap mikron tetes darah yang mengalir di tubuhku. Dan ketika aku melawan keadaan ini, ketika aku berusaha mengenyahkan kamu dari pikiranku, ketika aku menepis bayangmu dari benakku, seketika sekujur tubuhku bergetar.

Aku tak kuasa menolak kehadiranmu!

Inikah kutukan?

Atau takdir yang harus kujalani di seluruh sisa umurku?

Adakah waktu bisa menyembuhkan 'penyakitku' ini? Adakah waktu bisa membenamkan seluruh kisah tentangmu ke dasar ingatanku yang tergelap, agar kau serenta musnah. Agar aku tak mendengar lagi detak di jantungku yang menyebutkan namamu. Tak sekalipun!

Entahlah..
Kapan bilanya awan gemawan tak melukiskan wajahmu lagi di angkasa..
Kapan bilanya langit biru tak memanggilku mendongak ketika suara deru membasuh telingaku..
Kapan bilanya setiap helai bulu di kulitku tak meremang ketika angin mendesau dan seperti biasa mendesiskan namamu, di keheningan malam, ketika aku menghitung bintang-bintang dan mencumbu malam. Tertarik pusaran rindu tentangmu. Rindu yang tak sekalipun pernah kuundang!

Entahlah... Andai kau tahu, betapa aku ingin melupakanmu. Tapi bayangmu selalu memelukku.



Ciledug, 5 Juni 2005 @ mid nite
beneath d dark sky

Surat Kepada Samwan (1)

Untukmu yang bermain di benakku...


Dear Samwan,

Aku tidak tahu apakah mengabarkan ini kepadamu akan memperbaiki keadaan, atau malah tambah memperburuknya.. Seperti juga aku tidak tahu, apakah memendam apa yang kurasa saat ini, itu akan lebih baik ketimbang mengabarkannya padamu. Semua serasa sama bagiku.. Tak ada yang lebih baik satu sama lain.

Aku selalu memiliki keyakinan bahwa apa yang kutuliskan untukmu, suatu hari nanti pasti akan kau ketahui. Dan keyakinan itu sudah terbukti. Begitu lama kusimpan, kuperam dan kupendam segala yang kurasa tentangmu, dengan satu keyakinan bahwa suatu ketika nanti aku akan mengatakannya kepadamu.

Dan itu akhirnya terbukti ketika kita akhirnya bisa bertemu kembali, jalan bersama dan hati kita akhirnya menyatu!

Maka, aku akan selalu menuliskan apa yang kurasakan tentangmu saat ini, agar suatu hari nanti kamu tahu..

Dear Samwan, wherever you are,

Aku nggak tahu apa yang terjadi diantara kita.. Kita tak lagi bersama, dan tak akan pernah bisa bersama, itu kita sadari. Tapi, diantara kita tak pernah ada kata berpisah.. Kita tak pernah saling mengucapkan selamat tinggal, bukan?

Aku selalu ingat kata-kata kamu tentang apa yang teman kamu itu bilang tentang kita..
"Non, kayaknya elo ama ni cowok bakal dalem perasaan elo.. ati2, lho, Non. Gw liat dari garis tangan elo, hub elo ama ni orang bakal aneh.. jauh, tapi langgeng," begitu cerita kamu waktu itu..

Apakah cerita itu yang mempengaruhi aku, atau memang aku terlahir dengan kutukan ini.. Bahwa aku tak 'kan pernah bisa melupakan kamu, tapi juga tak 'kan pernah bisa bersamamu. Aku kerap dihadapkan pada pertanyaan yang selalu berputar dan terngiang-ngiang di benakku.. Siapakah gerangan seseorang yang menjadi my soul mate? kamukah? Atau seseorang yang saat ini bersamaku?

Jika memang bukan kamu, lalu mengapa waktu demi waktu, dalam keadaan sadar atau terlena, kuinginkan atau tidak, namamu selalu kudesiskan? Namamu selalu tertera di benakku.. lekat di pikiranku.. dan menjelma pada seluruh apa yang kulihat, kupegang dan kurasa?

Terkutuklah aku karena tak pernah bisa melupakanmu.. Celakalah aku karena tak pernah bisa menghapus sesaatpun kamu dari pikiranku..


Ciledug, 5 Juni 2005
*closing my eyes in a headache

Bila Tiba Waktunya



aku kembali aku
ke lembah swara bisu
ke padang semesta gelap bertalu

aku kehilangan jiwa
miskin senyum dan tawa

jika masih ada selembar harap kupunya
kuingin Kau menuntunku
kembali keharibaanMu

bila tiba waktunya!


(6 Juni 2005)


Posted in my blog "Puisi Nyanyian Laut"

http://puisinyanyianlaut.blogspot.com/2005/06/bila-tiba-waktunya-2005.html


The Undeliverred Letter #2

Aku tidak tahu apakah mengabarkan ini kepadamu akan memperbaiki keadaan, atau malah tambah memperburuknya.. Seperti juga aku tidak tahu, apakah memendam apa yang kurasa saat ini.. Itu akan lebih baik ketimbang mengabarkannya padamu. Semua serasa sama bagiku.. Tak ada yang lebih baik satu sama lain.

Aku selalu memiliki keyakinan bahwa apa yang kutuliskan untukmu, suatu hari nanti pasti akan kau ketahui. Dan keyakinan itu pernah terbukti.

Begitu lama kusimpan, kuperam dan kupendam segala yang kurasa tentangmu, dengan satu keyakinan bahwa suatu ketika nanti aku akan mengatakannya kepadamu. Dan itu akhirnya terbukti ketika kita akhirnya bisa bersama.. Hati kita menyatu!

Maka, aku akan selalu menuliskan apa yang kurasakan tentangmu saat ini, agar suatu hari nanti kamu tahu..

Aku tak tahu apa yang terjadi diantara kita.. Kita tak lagi bersama, dan tak akan pernah bisa. Dan itu kita sadari! Tapi, seingatku diantara kita tak pernah ada kata berpisah.. Kita tak pernah saling mengucapkan selamat tinggal, bukan?

Aku selalu ingat kata-kata kamu tentang apa yang mbak endang bilang tentang kita.. "Georgina, kayaknya elo ama ni cowok bakal dalem perasaan elo.. ati2, lho!? Gw liat dari garis tangan elo, hub elo ama ni orang bakal aneh.. jauh, tapi langgeng," begitu cerita kamu waktu itu..

Hm, apakah cerita itu yang mempengaruhi aku, atau memang aku terlahir dengan kutukan ini.. Bahwa aku tak 'kan pernah bisa melupakan kamu, tapi juga tak 'kan pernah bisa bersamamu, aku kerap dihadapkan pada pertanyaan yang selalu berputar dan terngiang-ngiang di benakku.. Siapakah gerangan seseorang yang menjadi my soul mate? Kamukah? Atau seseorang yang saat ini bersamaku? 

jika memang bukan kamu, lalu mengapa waktu demi waktu, dalam keadaan sadar atau terlena, kuinginkan atau tidak, namamu selalu kudesiskan? Namamu selalu tertera di benakku.. Lekat di pikiranku.. dan menjelma pada seluruh apa yang kulihat, kupegang dan kurasa?

Terkutuklah aku karena tak pernah bisa melupakanmu.. Celakalah aku karena tak pernah bisa menghapus sesaatpun kamu dari pikiranku.. 


(06.06.05)

The Undeliverred Letter #1

Pikiran manusia hanyalah jutaan sel yang hanya mampu menampung memori yang terbatas.. Seperti bejana yang kedalamnya dialiri air. Perlahan tapi pasti, bejana itu akan penuh. Dan ketika aliran airnya tak berhenti, air itu akan tumpah ruah karena tak lagi memiliki tempat di dalam bejana..

Lalu apa yang harus kulakukan ketika hari demi hari, waktu ke waktu, detik demi detik, siang dan malam, terang dan gelap, nafas yang kuhirup dan kuhembuskan, dalam diam ataupun bergerak, pikiranku selalu dipenuhi tentang kamu?

Tentangmu selalu mengalir memenuhi benakku. Selalu tentangmu!

Kau seperti mata air yang tak pernah kering sepanjang musim, mengisi benak dan pikiranku.. Dalam sadar dan terlenaku, segala rasa tentangmu menyeruak. Kau ada dalam tiap mikron tetes darah yang mengalir di tubuhku. Dan ketika aku melawan keadaan, berusaha mengenyahkan kamu dari pikiranku, menepis bayangmu dari benakku, seketika sekujur tubuhku bergetar, setelah itu hampa.

Maka salahkah jika aku tak pernah kuasa menolak kehadiranmu!

Inikah kutukan?

Atau takdir yang harus kujalani di seluruh sisa umurku?

Adakah waktu bisa menyembuhkan luka ini? Adakah waktu bisa membenamkan seluruh kisah tentangmu ke dasar ingatanku yang tergelap, agar kau serenta musnah. Agar aku tak mendengar lagi detak di jantungku yang menyebutkan namamu. Tak sekalipun lagi!!!

Entahlah..

Kapan bilanya awan2 tak melukiskan wajahmu lagi di angkasa.. Kapan bilanya langit biru tak memanggilku mendongak ketika suaru deru membasuh telingaku.. Kapan bilanya setiap helai bulu di kulitku tak meremang ketika angin mendesau dan seperti biasa mendesiskan namamu, di keheningan malam, ketika aku bertelekan lengan menghitung bintang-bintang dan mencumbu malam.

Entahlah...

Andai kau tahu, betapa aku ingin melupakanmu.

Tapi bayangmu selalu memelukku.


(06.06.05)