Oct 29, 2012

Suatu Sore di sebuah Rumah Sakit


Pelataran taman rumah sakit itu begitu asri, hijau lestari. Dikelilingi ruang-ruang perawatan yang membentuk persegi empat, sebidang taman berumput hijau dengan taman lebat di sekelilingnya menjadi satu pemandangan yang menyejukkan mata.

Aku berdiri menikmati keindahan ini sambil meresapi rasa syukur yang segenap memenuhi seluruh ruang di rongga paru-paruku. Aku sengaja berdiri sendiri, memisahkan diri dari rombongan keluarga istriku yang sekejap tadi masuk ruang Dahlia, untuk membesuk salah seorang besan dari Ibu mertuaku, yang sedang terbaring lemah tak berdaya. Seorang wanita setengah baya, seusia Ibu mertuaku, bernama Asmaya. Usianya mungkin sekitar 60 tahun.

Wanita tersebut terbaring lemah karena menderita gangguan jantung, paru-paru basah dan gula. Di hidungnya terpasang alat bantu pernafasan. Nafasnya tersengal satu dua. Tidak sampai 5 menit aku menyaksikannya, aku tak mampu lagi menatapnya lebih lama. Segera aku ke luar ruangan dengan alasan karena di ruang tersebut sudah terlalu banyak orang, dan aku ingin memberinya kesempatan untuk beristirahat tidur.

Di luar ruangan tersebut, di dekat taman itu, saat itu, aku begitu merasakan syukur atas nikmat kesehatan yang selama ini telah Allah SWT berikan kepadaku. Pikiranku menerawang berusaha menelusuri sepanjang usia yang telah aku jalani. Alhamdulillah, sampai hari ini aku belum pernah merasakan 'masuk rumah sakit' untuk menjalani perawatan. Alhamdulillah, hingga detik ini, aku belum pernah merasakan atau menderita penyakit berat tertentu yang mengharuskanku berbaring di ruang perawatan. Sampai detik ini, hingga usiaku 41 tahun.

Sungguh, menyaksikan orang yang terbaring sakit dan tak berdaya seperti Ibu Asmaya, aku seperti baru menyadari betapa Allah SWT begitu baik padaku selama ini. Dengan memberikanku nikmat kesehatan, seperti apa yang aku rasakan hingga sekarang.

Alhamdulillah wa syukurillah,,, BagiMu segala puji Ya Allah.

Salam,
erefem
@Jombang, Ciputat, 28 Oktober 2012

Oct 2, 2012

Etos Kerja


Siang tadi kebetulan ada perlu ke bengkel untuk memperbaiki motor kesayangan. Sambil menunggu mekanik bekerja, saya asyik melihat-lihat jalan memperhatikan apa saja yang bisa saya saksikan. Tanpa sengaja mata saya melihat dua orang perawat sedang berjalan.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan kejadian tersebut. Namun, menyaksikan bagaimana ke dua orang perawat tersebut berjalan, saya tergelitik untuk memperhatikan mereka berdua. Siang itu agak berawan meski tetap terasa panas. Ke dua perawat tersebut berjalan pelan, kalo tidak bisa saya katakan santai. Pelan sekali. Tidak keliatan bergegas sama sekali. Menyaksikan mereka berjalan, saya jadi teringat film2 yang pernah saya saksikan tentang kehidupan perawat. Juga teringat tayangan di televisi yang memperlihatkan situasi di jalan bagaimana masyarakat di perkotaan2 seperti Jepang, New York, yang memperlihatkan bagaimana orang2 berjalan selalu bergegas, atau tergesa-gesa. Dalam ingatan saya, dalam film2 atau tayangan yang saya lihat tersebut, selalu terlihat orang2 itu selalu bergerak cepat, sigap, bergegas dan sejenisnya. Kehidupan disana sepertinya berjalan begitu cepat. Manusia dan waktu seperti berkejaran.

Mengingat tayangan tersebut, tiba-tiba saya jadi semakin tertarik memperhatikan semua di sekitar saya saat itu. Mekanik yang tengah asyik bekerja. Tanpa ada rasa diburu2 atau bergegas. Orang2 yang berjalan kaki.. tenang dan kalem. Kecuali supir2 angkot dan metromini yang berjalan saling susul. Dan saya seperti merasakan lingkungan yang saya nikmati ini, begitu berjalan perlahan. Santai. Tak ada ketergesaan. Tak ada keterburu-buruan. Rasanya begitu... damai. Enjoy slowly geboy.. Hahaha.




Barangkali ini memang budaya. Budaya yang membedakan kita dengan mereka, orang2 di kota2 besar seperti di Tokyo, Kyoto, di Jepang.. atau seperti di film2 China modern tentang kehidupan kota2 Beijing, Chengdu, Tianjin, Shenjen, Shanghai.. atau juga seperti di film2 tentang kota2 di Amrik sana semacam New York, Chichago, Los Angeles dll. Orang-orang di perkotaan2 itu selalu terlihat dan terkesan selalu berjalan dengan tergesa-gesa. Mereka seperti terlihat begitu sigap. Bergerak cepat. Tak kenal lamban. Ciri khas orang2 dengan budaya etos kerja yang tinggi.

Mungkin ini yang membedakan kita dengan mereka. Dan etos kerja ini pula yang membedakan hasil yang kita capai selama ini, dengan apa yang bisa mereka capai. Kemajuan yang mereka alami, orang2 di kota2 padat dan selalu bergerak cepat itu, jauh begitu maju dibanding kemajuan yang kita alami dan rasakan.

Coba aja, sesekali iseng2 perhatikan orang2 di keramaian di sekitar kita. Dan lihatlah bagaimana mereka. Sigap, bergegas, santai atau malah banyak yang suka terlihat berongkang-ongkang kaki sambil bertopang dagu? Hehehehe... Inilah kita :)


Salam,
erefem