Sep 21, 2004

SMS Pagi Itu

kepada sepi,

dua bulan lebih aku dan dia sepakat untuk tidak berhubungan lagi. tak ada pesan rindu yang saling aku dan dia sampaikan selama itu. dua bulan ini aku larung dalam sepi.

seringkali aku berusaha menduga gerangan apa yang dia pikirkan tentang aku. aku merasa seakan-akan aku orang yang tidak memiliki hati dan perasaan. entah kenapa, tapi selalu saja ada dalam pikiranku bayangan tentang dirinya.

adakah kita sama-sama menjadi orang yang kehilangan kepekaan? adakah dia sama merasakan kepedihan seperti aku, ketika aku harus selalu membunuh keinginan itu? keinginan untuk merekat hati yang telah kita cerai beraikan dua bulan lalu.

sebenarnya apa yang terjadi dengan aku dan dia?

dua bulan lalu aku dan dia sepakat dan sama-sama menyadari kesalahan kita, menjalani apa yang tidak seharusnya kita jalani. lalu kita sama-sama sadar untuk menyudahi apa yang seharusnya tidak kita mulai. kita memang harus berpisah. kita sepakat tak boleh ada lagi 'kita'.

dua bulan ini aku berjuang menutupi luka yang kerap timbul hari demi hari ketika rindu menyerang dan melukai seluruh tubuhku. dua bulan ini aku matikan seluruh perasaanku dan mengabaikan keinginan yang menggeram... keinginan memeluknya, keinginan mengabarkan rindu ini padanya.. keinginan membiarkan perasaan ini terus membuncah.

lalu ketika aku tahu apa yang dia rasakan selama dua bulan ini, aku harus bagaimana? apakah aku harus tetap membatu dan membiarkan kepedihannya lebur bersama waktu yang terabaikan?

siang itu aku terlonjak saking gembira. sms darinya kuterima di hpku. 

beep... beep... dan kubuka: "i miss u so much..."  

ha??? tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba dia mengatakan hal itu.

sms lain membuatku limbung dalam kebimbangan.  

"aku sayang kamu. aku tahu kita begini karena memang aku yang meminta. selama ini aku berusaha melupakan kamu, tapi aku nggak bisa. sebenarnya apa yg terjadi dengan kita?"

dan aku tak mampu lagi menahan luka ini berdarah lebih lama. aku tahu obatnya. aku dan dia rindu untuk bicara.

lalu sepi serenta pergi...

Tuhan, apa yang harus kulakukan? tetap dalam diam dan menyakitinya?


21 September 2004