Oct 14, 2017

Radikalisme

RADIKALISME
Oleh : Agi Betha

Bentrok Warga Papua Tolikara Vs. Pegawai Kemendagri

Wahai Kawan...

Radikal dan intoleran itu bukan milik Islam, Khilafah, atau kelompok tertentu. Radikal itu tidak tergantung pada jumlah pelaku. Pun Radikal bisa dilakukan oleh manusia dengan berbagai baju.

Contohnya. Aksi 212 yg diikuti oleh 7 juta manusia dari seluruh Indonesia. Apakah ada yg tewas disana? Adakah kaca dipecah dan kendaraan yg dirusak? Atau terdapatkah teriakan2 hewani yg bersahut-sahutan sambil melempar benda-benda secara anarkis?

Coba bandingkan dengan apa yg terjadi pada penyerbuan gedung Kemendagri hari ini. Hanya sekelompok orang yg beraksi. Tapi sejumlah orang luka, kaca gedung pecah, tanaman dirusak, plus sekian kendaraan jadi korban.

Beragamakah mereka? Tentu saja mereka beragama. Agama yg penuh kasih malah. Tapi akankah kita salahkan agamanya? Tentu saja tidak. Agama mengajarkan cara2 kesantunan. Tidak cara merusak. Bukan teknik melempar batu bata. Jadi yg Radikal adalah orangnya.

Esok, jika bertemu saudara2 dari Papua, beragama Kristen, apakah lalu mereka harus dicurigai? Wajib ditandai? Berpotensi melakukan Radikalisme yg sama? Jika jawabannya Ya, berarti otakmu sudah Rusak.

Contohnya lagi...

Tiga orang anggota Brimob penjaga komplek pengeboran minyak di Blora, semalam tewas mengenaskan. Serpihan tubuh muncrat akibat tembakan laras panjang dari jarak dekat. Satu orang membantai 2 temannya. Radikal sekali. Luar biasa tragis.

Tujuh juta orang berkumpul di Jakarta, tidak ada yg tersakiti. Nihil kerusakan. Itu di Blora hanya 3 manusia berseragam kumpul di tempat sama, mati semua. Akibat kemarahan yg ekstrem. Radikal.

Jelas kan perbandingannya? Lalu bisakah digeneralisir bahwa Brimob adalah kesatuan yg berbahaya? Anggotanya berciri sebagai pemilik bibit2 Radikalisme dan bersikap Intoleran? Maka kemudian Brimob perlu dibuatkan 'Perpu khusus' untuk membubarkannya? Jika ada yg menjawab Ya, berarti somplak nalarnya.
Karena Radikalisme, di bumi Indonesia, tidak identik dengan baju, seragam, kesatuan, agama, suku, aliansi politik, dan kedudukannya di masyarakat. Penguasa maupun rakyat sama2 punya potensi menjadi Radikal.

Jadi sebagai sesama anak bangsa, mulailah belajar berlogika sebagaimana layaknya takdir manusia.

AKAL dipinjamkan bukan untuk mengakali rakyat. Tapi dipakai untuk memanusiakan manusia lainnya. Bukan menteroris-teroriskan orang2 yang tidak sependapat.

AKAL diberi bukan untuk menciptakan skenario penjegalan. Menghabisi mereka2 yg beroposisi dan bersaing di jalur kekuasaan.

JIKA AKAL DISALAHGUNAKAN, DIMANFAATKAN UNTUK MENYEMATKAN STEREOTYPE RADIKAL KEPADA YG TAK SEHALUAN, JANGAN HERAN JIKA ALLAH MENGAMBIL AKAL YG HANYA PINJAMAN.

JANGAN KAGET KALAU ALLAH MENAMPAR LEBIH KERAS KEPADA MEREKA YANG MENAMPAR ORANG LAIN. DAN MEMPERMALUKAN LEBIH DASHYAT DARI MEREKA YANG MEMFITNAH KELOMPOK LAIN.

#HukumAllahItuPasti
#HukumAlamItuDashyat

#BDTRPage

No comments: