Mar 10, 2015

Tentang Taubat Nasuha dan Istighfar


Barangkali kita sering bertanya-tanya dalam diri sendiri, bagaimana jika kita berbuat dosa, apakah kita bisa melakukan taubat? Apa sih Taubat Nasuha itu dan bagaimana cara kita melakukan Taubat Nasuha? Apakah cukup dengan hanya membaca istighfar saja? Bacaan apa saja yang harus kita lafalkan dalam beristighfar?

Alhamdulillah, ketika hati sedang dilanda kebimbangan karena pertanyaan-pertanyaan seperti diatas, tiba-tiba Allah swt seperti memberikan kita jawaban, dengan cara yg tidak disangka-sangka. Ketika sholat maghrib di Bintaro, tiba-tiba mata ga sengaja menangkap selembar buletin dakwah Al Huda. Subhanallah. Artikelnya, exactly, something that I really-really-really need at that time. Subhanallah.

So, dari pada baca sendiri, saya ingin share juga di catatan ini. Siapa tahu bermanfaat buat yang lain.

Taubat, dari aspek kebahasaan berarti kembali. Dalam pemahaman kebahasaan dimaksudkan dengan taubat adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan kepada Allah SWT.

Juga dijelaskan oleh para ulama, dimaksudkan dengan Taubat itu adalah kembali dari jalan yang jauh kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah SWT. Sehingga demikian, pada hakikatnya, Taubat adalah pembersihan diri (bukan sekedar pembersihan hati/kalbu semata), dari segala dosa, yang dimanifestasikan dengan meninggalkan segala keinginan untuk melakukan kejahatan, serta secara nyata tidak melakukan perbuatan maksiatnya lagi.

Dari pemahaman yang demikian, bertaubat bukanlah hanya sekedar beristighfar, melainkan melakukan semua daya upaya untuk taat kepada Allah SWT, serta ditambah lagi oleh segala daya upaya untuk meninggalkan kejahatan (maksiat) yang dilarang Allah SWT, dan semaksimal mungkin berdaya upaya untuk mengerjakan apa-apa (semua) yang diperintahkan Allah SWT.

Melakukan Taubat adalah diperintahkan oleh Allah SWT kepada setiap manusia, sebagaimana firman-Nya: 
"... Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung", (Surat 24, An Nuur, ayat 31).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
"... Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya (yang sesungguh-sungguhnya), mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga", (Surat 66, At Tahriim, ayat 8).

Taubat yang semurni-murninya (yang sesungguhnya) itu biasa disebut sebagai "Taubat Nasuha". Dimana menurut jumhur ulama (diantaranya Imam Al Qusyairi) ada tiga cirinya, yaitu:
  1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah dilakukan;
  2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu; dan
  3. Berazam (bercita-cita) tidak akan mengulangi kembali perbuatan dosa yang telah diperbuatnya.
Ketika memperdalam pembahasan masalah Taubat ini, Imam Ghazali merinci tingkat Taubat tersebut atas tiga peringkat, yaitu:
  1. Tubat, yaitu kembali dari melakukan maksiat dengan mengerjakan ketaatan;
  2. Firaar, yaitu lari dari kemaksiatan kepada ketaatan; dan
  3. Inaabah, yaitu bertaubat terus-menerus, sekalipun sudah tidak lagi mengerjakan dosa.

Sementara para ulama mutakallimin (ulama kalam) merinci Taubat atas tiga peringkat pula, yaitu:
  1. Taubat, yaitu kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan karena takut akan siksa Allah SWT;
  2. Inaabah, yaitu kembali dari yang baik kepada yang lebih baik karena mengharapkan pahala dari Allah SWT; dan
  3. Aubah, yaitu bertaubat bukan karena takut akan siksaan Allah dan bukan pula karena mengharapkan pahala dari Allah SWT, melainkan semata-mata karena taat kepada perintah Allah SWT.
Bagi kalangan sebagian ahli sufi, tandanya Taubat itu ialah apabila seseorang melihat dalam semua hal hanyalah Allah SWT. Maknanya, ketika melihat apa saja, maka orang itu akan selalu teringat dan memahami bahwa semua apa yang dia lihat dan yang dia tidak lihat adalah Allah SWT penciptanya.

Sementara ulama fiqih, menjelaskan dari sisi fiqih apa-apa saja yang merupakan perbuatan dosa itu, sehingga seorang yang beriman akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tidak tergelincir mengerjakannya. Maka diidentifikasilah perbuatan dosa itu atas enam jenis, yaitu:
  1. Dosa karena kekafiran;
  2. Dosa karena berbuat maksiat;
  3. Dosa karena melakukan dosa-dosa besar;
  4. Dosa karena melakukan dosa-dosa kecil;
  5. Dosa karena melalaikan perintah Allah SWT; dan
  6. Dosa karena mengabaikan amal-amal yang utama.
Bertaubat salah satu manifestasinya adalah dengan melakukan permohonan ampunan tersebut dikenal dengan sebutan "Istighfar". Istighfar adalah menundukkan jiwa, hati dan pikiran hanya kepada Allah SWT, seraya memohon ampunan kepada Allah SWT dari segala dosa yang diperbuat. Baik dari dosa yang diketahui, maupun yang tidak diketahui.

Dosa itu ada dosa yang kita tidak ketahui, atau kita tidak sadar bahwa kita melakukan dosa. Misalnya, karena suatu keadaan, seseorang lebih takut kepada sesama manusia atau makhluk hidup Allah lainnya, dibandingkan dengan rasa takutnya kepada Allah SWT, sekalipun realitanya memang wajar atas rasa takut itu, maka sesungguhnya kita telah melakukan dosa, karena dengan tindakan yang demikian kita telah melebihkan rasa takut kepada yang bukan Allah.

Dalam hal ini marilah direnungkan ketika kita pada satu masa lebih takut kepada seorang presiden, dibandingkan dengan rasa takut kepada Allah SWT. Misalnya ketika dengan alasan-alasan objektif (mungkin terpaksa) disaat menerima "nasakom" atau disaat menerima "asas tunggal".

Kalau hal tersebut kita renungkan, kemudian kita bertaubat kepada Allah SWT, semoga kiranya Allah SWT memberikan kemudahan kepada bangsa dan negara kita untuk mencapai kemajuan, ketenteraman, kedamaian dan kemakmuran. Kiranya para pemimpin umat Islam Indonesia perlu merenungkan hal ini dengan sedalam-dalamnya.

Memohon ampun kepada Allah SWT pada dasarnya merupakan doa dari hamba kepada Allah SWT. Rasulullah SAW mengajarkan kalimat istighfar itu, yakni:
  1. Astaghfirullaah;
  2. Astaghfirullaah al 'aziim;
  3. Astaghfirullaah al 'aziim laa ilaaha illaa huwal hayyul-qayyuum wa atuubu ilaihi (aku memohon ampun kepada Allah yang tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri dan aku bertaubat kepada-Nya).

Bahkan Rasulullah SAW mengajarkan sayyid al istighfar:
"Allahumma Anta rabbii laa ilaaha illaa Anta khalaqtanii wa anaa 'abduka wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa' dika mastatho'tu, a'uudzubika min syarrii waa shona'tu, abuu u laka bini' matika 'alayya waa abuu u bidzanbi faghfirlii, fa innahuu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa Anta", (Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan melainkan Engkau. Engkau telah menciptakan aku dan aku adalah hambaMu, aku hanya berada di atas jaminan dan janjiMu. Aku hanya sanggup memohon perlindunganMu dari kejahatan apa yang telah aku perbuat, aku mengakui betapa banyaknya nikmaMu atasku, aku mengakui betapa besarnya dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau).
Dan masih ada lagi Istighfar berupa doa para rasul di dalam Al Qur'an.

(H. Dahlan Idris)

Semoga bermanfaat...

No comments: