Jun 6, 2005

The Undeliverred Letter #1

Pikiran manusia hanyalah jutaan sel yang hanya mampu menampung memori yang terbatas.. Seperti bejana yang kedalamnya dialiri air. Perlahan tapi pasti, bejana itu akan penuh. Dan ketika aliran airnya tak berhenti, air itu akan tumpah ruah karena tak lagi memiliki tempat di dalam bejana..

Lalu apa yang harus kulakukan ketika hari demi hari, waktu ke waktu, detik demi detik, siang dan malam, terang dan gelap, nafas yang kuhirup dan kuhembuskan, dalam diam ataupun bergerak, pikiranku selalu dipenuhi tentang kamu?

Tentangmu selalu mengalir memenuhi benakku. Selalu tentangmu!

Kau seperti mata air yang tak pernah kering sepanjang musim, mengisi benak dan pikiranku.. Dalam sadar dan terlenaku, segala rasa tentangmu menyeruak. Kau ada dalam tiap mikron tetes darah yang mengalir di tubuhku. Dan ketika aku melawan keadaan, berusaha mengenyahkan kamu dari pikiranku, menepis bayangmu dari benakku, seketika sekujur tubuhku bergetar, setelah itu hampa.

Maka salahkah jika aku tak pernah kuasa menolak kehadiranmu!

Inikah kutukan?

Atau takdir yang harus kujalani di seluruh sisa umurku?

Adakah waktu bisa menyembuhkan luka ini? Adakah waktu bisa membenamkan seluruh kisah tentangmu ke dasar ingatanku yang tergelap, agar kau serenta musnah. Agar aku tak mendengar lagi detak di jantungku yang menyebutkan namamu. Tak sekalipun lagi!!!

Entahlah..

Kapan bilanya awan2 tak melukiskan wajahmu lagi di angkasa.. Kapan bilanya langit biru tak memanggilku mendongak ketika suaru deru membasuh telingaku.. Kapan bilanya setiap helai bulu di kulitku tak meremang ketika angin mendesau dan seperti biasa mendesiskan namamu, di keheningan malam, ketika aku bertelekan lengan menghitung bintang-bintang dan mencumbu malam.

Entahlah...

Andai kau tahu, betapa aku ingin melupakanmu.

Tapi bayangmu selalu memelukku.


(06.06.05)

No comments: