Dec 22, 2005

Kita Makin Miskin..

Kekayaan dan kemiskinan memang selalu menjadi keadaan yang berseberangan, seperti dua sisi mata uang. Barangkali kita memang patut menyalahkan mereka-mereka yang terbelakang dan tak mampu mengikuti perkembangan peradaban. Barangkali kita memang patut membiarkan mereka berjuang keluar dari kemelaratan. Karena hakekatnya Tuhan memberikan kita kesempatan awal yang sama... sebagai bayi-bayi yang lahir kedunia tanpa kepandaian apa-apa. 

Jadi jika kita berada di sisi mata uang yang menggambarkan kecukupan atau bahkan kekayaan atau barangkali 'keserbaneka apapun kita punya'... maka salah mereka yang saat ini berada di sisi mata uang yang berbeda, sisi dengan cerita kemiskinan yang berkepanjangan.

Ya, kemiskinan memang tak beda dengan sebuah cerita panjang yang tak berkesudahan.. Kemiskinan mungkin juga sebuah takdir. Ah, rupanya saya bicara tanpa alur yang teratur..

Kita makin miskin akan orang-orang kaya yang memiliki kepedulian akan nasib mereka yang sengsara. Orang-orang kaya yang sibuk mengejar jati diri, meraih segala mimpi. Asyik dalam pencapaiannya sebagai manusia yang punya gaya hidup serba ada segala punya.. Asyik dalam keinginannya mencari kepuasan tanpa batas bergelimang dalam kehidupan ala celebritis. Lebur dalam komunitas manusia-manusia hedonis..

Kita makin miskin akan orang-orang kaya yang memiliki kepekaan bahwa persis di sekitarnya ada perut-perut lapar yang bernyanyi, karena jiwanya sedang larut dalam buaian pesta dan kenikmatan syurga duniawi. Kita makin miskin akan orang-orang kaya yang sadar bahwa dalam setiap harta yang mereka nikmati selalu ada hak orang-orang miskin seperti yang telah Tuhan gariskan.. Karena mereka pun tak lagi peduli akan Tuhan.

Semua yang mereka dapatkan adalah atas kemampuannya meraih setiap kesempatan. Kekayaan yang mereka peroleh bukan semata-mata atas kehendak Tuhan melainkan karena jerih payah mereka bekerja seharian dan serabutan, mereka yang mencitrakan dirinya sebagai gurita yang tak pernah luput mengambil apa pun yang ingin mereka dapatkan. Jadi maaf saja, tak usah bawa-bawa nama Tuhan, kata mereka..

Kita makin miskin akan orang-orang kaya yang mampu mengelola negeri ini dengan jujur. Miskin akan pemimpin-pemimpin yang luhur. Karena makin banyak pejabat negara yang selalu sibuk menggelapkan kekayaan negara yang sesungguhnya terang dan jelas bukan menjadi haknya. Makin banyak pemimpin daerah yang cuma bisa memanipulasi data seakan tak ada kemiskinan di daerahnya, namun belakangan terbukti busung lapar melanda.

Kita makin miskin akan orang jujur
makin miskin akan manusia berbudi luhur
makin miskin akan generasi santun
makin miskin akan kepala-kepala yang rajin tafakur

Kita makin miskin akan kisah-kisah nyata yang melapangkan dada, membahagiakan jiwa. Makin miskin akan kemudahan memperoleh kebutuhan hidup di negeri yang sesungguhnya kaya raya, negeri yang (dahulu) dijuluki sebagai Jamrud di Khatulistiwa.. Negeri ladang permata!


____
Dec, 2005

No comments: