Feb 25, 2011

Jenuh (belajar prosa)

Sebuah Prosa


Kadang-kadang kejenuhan datang menyergapku dan menghimpit, hingga aku merasakan pepat.. bahkan kadang merasakan kekosongan dalam jiwaku. Menghadirkan perasaan hampa.
aku ingin sujud padaMu
Ketika ini datang, maka kadang aku meradang kehilangan kemampuan untuk mereguk udara, untuk mengisi rongga paru-paru, hingga aku merasakan detak yang terbata dan megap-megap. Perasaanku meronta.

Ketika itu datang aku seperti merasa..
Aku tercekik...
Aku tercekik...
Aku ingin menjerit
Tuhan.... betapa aku ingin menjerit.
Tapi sekeras apapun aku berusaha berteriak, sedesis pun tak ada swara terucap. Perasaan tercekat seperti mencekik lidah dan kerongkonganku, membuatku gagu.

Saat seperti itu, Aku seperti menyelam jauh kedasar jiwaku dan mendapati aku jauh terpuruk-terpojok, seperti seonggok benda tak berdaya. Seperti sebuah kotak tergeletak di sudut kegelapan, dasar hatiku yang tak mengenal cahaya.

Aku seakan tertekuk meringkuk... ringkih tak berdaya. Terjerat selaksa beban yang mengikat erat. Namun aku selalu berusaha berlari. Meski terengah aku sadar dan coba bertahan dari himpitan beban yang kerap datang. Datang lagi dan lagi mendera diri... bertubi-tubi…

Sepayah apa pun, aku tak pernah merasa ingin menyerah. Aku ingin tegar... Tuhan, Kau lah yang tahu betapa aku ingin tegar menerima semua yang kurasakan. Barangkali klise, tapi aku selalu menganggap ini nikmat dari Mu, dan bukan ujian dan cobaan untukku.

Namun selalu saja godaan datang menghantamku. Membuatku lupa tentang sujud kepadaMu.. Membuatku lupa tafakur dan istikomah di jalanMu. Dan ketika godaan yang melenakanku datang, dia menjerat dan melemparkanku ke dalam ruang kejenuhanku. Dan dalam kejenuhan, kadang aku dapati imanku terbelenggu
lupa... lena... Lupa kewajiban dan keharusanku sebagai makhlukMu.. Lupa untuk selalu mengingatMu, Wahai Sang Kuasa.

(1998)
sebuah catatan lama

1 comment:

Turunkan Nurdin said...

Ayo, semangat. Jangan patah arang.Belanda masih jauh. Hehe...